Literasi Siber untuk Menyentuh

PRINDONESIA.CO | Senin, 13/05/2019 | 6.217
Kepala BSSN bersama dengan mahasiswa dan mahasiswi LSPR Jakarta
Dok. LSPR

Perkembangan komunikasi global telah berlangsung secara masif. Teknologi komunikasi menjadi vocal concern dalam konektivitas, baik antar individu maupun organisasi.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Inilah yang diungkapkan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Djoko Setiadi saat menjadi narasumber dalam Kuliah Umum Cyber Literacy “Care When You Share, How To Secure Cyber Protection” pada Jumat (10/5/2019) di LSPR Jakarta. Kuliah umum yang ditujukan kepada mahasiswa dan mahasiswi LSPR Jakarta ini merupakan bentuk literasi keamanan siber untuk generasi millennials, Kepala BSSN dalam paparannya menjelaskan mengenai perkembangan komunikasi global yang saat ini sudah berlangsung secara masif. Teknologi komunikasi saat ini telah menjadi vocal concern dalam konektivitas, baik antar individu maupun organisasi. Salah satu yang berkembang pesat ialah penggunaan media sosial.

Pengguna media sosial di Indonesia saat ini bahkan mencapai 150 juta pengguna yang tersebar di berbagai media, diantaranya Youtube, WhatsApp, Facebook, Instagram, dan berbagai platform media sosial. Adanya berbagai platform tersebut tentu menjadi pilihan favorit untuk menyebarkan berbagai informasi dengan mudah dan cepat.

Berbicara mengenai penyebarluasan informasi, tentu tidak asing lagi di telinga kita mengenai istilah hoaks. Secara umum, hoaks disebabkan karena dua hal, yaitu akibat misinformasi dan disinformasi. Misinformasi merupakan bentuk informasi yang salah atau salah dalam menginterpretasikan informasi yang diterima seseorang. Misinformasi biasanya disebarkan tanpa tujuan apapun. Bahkan seseorang yang menyebarkan informasi tersebut belum tentu menyadari bahwa yang ia sebarkan adalah berita hoaks. Adapun disinformasi merupakan informasi yang justru dengan sengaja dibuat dengan keterangan yang tidak benar. Informasi sengaja dimanipulasi dengan tujuan agar fakta yang sebenarnya tertutupi, menyebarkan informasi yang keliru, atau bahkan untuk mencari keuntungan pihak-pihak tertentu. "Hal ini terkadang dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat, padahal dapat menyebabkan suatu tindak pidana," katanya.

Lebih jauh mengenai hoaks, perlu kita ketahui bahwa dalam ranah siber setiap aktivitas yang kita lakukan akan meninggalkan jejak digital. Jejak digital merupakan informasi yang terekam secara virtual yang sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dihapus. Jejak digital dapat berupa kode kode program yang dapat direkonstruksi ulang untuk menjadi sebuah informasi yang dapat terbaca. Pesan berharga yang ingin disampaikan oleh Kepala BSSN kepada para mahasiswa ialah agar bertindak bijak dalam memanfaatkan teknologi, khususnya sosial media. Berpikir sebelum mengunggah dan menyebarkan, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kita harus bertindak di sosial media. "Pastikan kita hanya menyebarkan hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif di ranah siber," pintanya.

 

Tips

Selanjutnya, Kepala BSSN memberikan tips dan trik untuk berperilaku aman di ruang siber. Diantara perilaku aman tersebut ialah dengan tidak mudah memberikan informasi pribadi kepada siapapun, menghapus browser history & cache, memeriksa secure connection (HTTPS), memperhatikan dengan baik kebijakan privasi yang ditawarkan oleh penyedia layanan, berhati-hati ketika mengunduh aplikasi, dan gunakan enkripsi data, serta selalu berpikir sebelum melakukan klik karena setiap langkah pada dunia siber akan memiliki konsekuensi yang panjang.

Di akhir paparannya, Kepala BSSN juga menyampaikan mengenai peran BSSN dalam ranah siber di Indonesia. BSSN merupakan sebuah institusi yang mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber. Salah satu aspek pengaturannya ialah internet. BSSN telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menciptakan ruang siber yang aman dan kondusif bagi pengguna internet di Indonesia, diantaranya ialah kerja sama dengan Internet Service Provider, asosiasi-asosiasi keamanan siber, dan menggandeng berbagai platform media sosial. (rvh)