Menyatukan Keberagaman dengan “Let’s Play Games!”

PRINDONESIA.CO | Rabu, 12/06/2019 | 4.265
Dok. Forest Interactive

Di tengah keberagaman, tidak mudah untuk menjalankan komunikasi di lingkungan kerja. Hal ini disebabkan karena perbedaan budaya dan dialek, termasuk bidang kerja. Permainan tradisional saat Hari Internasional ternyata justru dapat mempersatukan karyawan antarnegara.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Keberagaman memang indah, dan inilah yang dialami Program & Event Specialist (Corporate PR) Forest Interactive Malaysia Elizabeth Augustina. Sebagai sebuah perusahaan yang menyediakan mobile services untuk telekomunikasi yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, sebagian besar posisi karyawan adalah di bidang IT yang cenderung tertutup dan berhubungan dengan sistem. Secara demografis, 150 karyawan berasal dari 24 kebangsaan, mulai dari Malaysia, Perancis, Mesir, Maldives, sampai Amerika. Di tengah keberagaman, tentu tidak mudah untuk menjalankan komunikasi di lingkungan kerja. Hal ini disebabkan karena perbedaan budaya, dialek, termasuk bidang kerja. Tidak hanya itu, Forest Interactive memiliki dua kantor di komplek yang sama di Kuala Lumpur, satu kantor di Cyberjaya, dan 10 kantor lainnya di 10 negara. Sebagian besar komunikasi internal dilakukan melalui chat di Microsoft Team.

Sebagai PR yang menjalin komunikasi internal sekaligus employee engagement, wanita yang akrab disapa Nana ini mencari cara untuk menyatukan keberagaman melalui sebuah kampanye International Day. Proyek ini dijalankan melalui perjalanan yang panjang. Pertama, ia memulainya dengan tidak melibatkan divisi manapun, hanya PR. Tim PR membuat infografik, menyebarkannya secara internal dan eksternal, lalu berkeliling ke tiga kantor untuk mengambil foto karyawan memegang bendera. Pada mulanya tidak semua karyawan antusias. Ada yang tidak menggunakan pakaian sesuai dengan dress code yang sudah ditentukan, dan cenderung mempertanyakan mengapa kita harus merayakannya.

Melihat respon yang tidak begitu positif, ia pun mencari akal lain untuk meningkatkan partisipasi karyawan. Divisi PR bekerjasama dengan SDM dan Admin mengatur menu makan siang dengan makanan khas daerah tersebut. Mereka memulainya saat hari Vietnam dengan menu makan siang spring rolls.

Mencoba inovasi baru supaya karyawan semangat saat pengambilan foto, tim PR pun membuat properti foto yang menggemaskan. Selain itu, ia pun berkolaborasi dengan Divisi Produksi untuk menugaskan fotografer profesional untuk mengambil foto. Seperti saat hari kemerdekaan Thailand, ia membuat topeng yang membuat seakan-akan mereka sedang berada di Bangkok. Tidak hanya itu, International Day pun menjadi bahan perbincangan di kantor karena di hari yang sama, tim PR menyebarkan foto secara internal dan eksternal.

Sesi foto memang selalu membawa kehangatan di tengah ketegangan saat bekerja. Tapi tentu saja, mengenali keberagaman budaya tidak bisa sebatas foto. CEO kami pun mendorong PR untuk lebih kreatif dalam mengemas kampanye ini. Tujuannya, supaya karyawan lebih menyatu dan sehati dalam menjalankan pekerjaan ke depannya.

Pantang menyerah, kami pun menyetuskan untuk bermain permainan tradisional. Semakin lama semakin menantang, karena membutuhkan tenaga ekstra untuk ‘mengganggu’ karyawan yang sedang bekerja. Pasalnya, perayaan dilakukan pada pukul 11.00 sampai dengan 12.00, sehingga bisa bersatu di jam makan siang.

Pada mulanya, banyak karyawan yang mempertanyakan, “mengapa harus bermain?” Antusiasme memang masih belum tinggi pada beberapa kali perayaan dan mengumpulkan rekan kerja yang sedang serius menyusun coding juga cukup lama. Sebagai host, Nana bertugas mengajak karyawan untuk berkumpul dan bermain. Cara paling jitu adalah dengan mengetuk ruangan mereka sampai berkali-kali dan berkata dengan intonasi yang khas, “let’s play games!” Celetukan itu pun ampuh mengumpulkan karyawan.

Satu sampai dua kali perayaan setelahnya, hampir satu kantor hafal ketika Nana mendekat, mereka akan menyeletuk, “Let’s play games!” Bahkan saat bukan perayaan International Day, mereka akan bertanya, “When is the next international day? We want to play games!”

Secara tidak langsung, International Day mendorong kesadaran karyawan bahwa komunikasi internal dengan cara yang menyenangkan itu penting. Sama halnya dengan meluangkan waktu sejenak dari waktu kerja untuk saling berinteraksi. Bahkan, di saat tidak ada perayaan dalam satu bulan, ada beberapa karyawan yang menyadari bahwa kantor menjadi sepi. “Where have you been? We need more activities here,” ujar seorang Software Developer.

Tidak disangka “Let’s play games!” menjadi sebuah jargon yang mempersatukan. (rvh)