Pentingnya Membangun Relasi yang Kuat

PRINDONESIA.CO | Minggu, 29/09/2019 | 4.781
Rouli tekankan pentingnya membangun relasi.
Dok. Tribunnews.com

Ajang konferensi pers Toyota Fun/Code di Jakarta (15/8/2019), mempertemukan PR INDONESIA dengan Kepala Departemen Komunikasi Interaktif PT TAM Rouli Sijabat. Darinyalah kami beroleh informasi tentang tantangan yang dihadapi PR di industri otomotif beserta dinamikanya.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Rouli, public relations (PR) saat ini sudah berubah. Khusus di PT Toyota Astra-Motor (TAM), PR sudah menjadi Departemen Komunikasi Interaktif. Ini dikarenakan komunikasi tidak lagi mengandalkan satu arah, tapi dua arah. “Sebelum zaman digital, PR berinteraksi dengan rekan-rekan dari mainstream media sehingga informasi tentang brand/perusahaan muncul ke publik. Sekarang, interaksinya bertambah mulai dari media sosial sampai komunitas,” ujarnya. Mereka adalah satu dari sekian banyak pemangku kepentingan yang harus dijaga relasinya oleh Rouli dkk.

Ia melihat kehadiran ketiganya bukan sebagai rintangan. Justru potensi untuk bisa menghasilkan konten PR yang lebih baik dan banyak. “Sebab, merekalah yang berbicara ke audiens, bukan kami,” kata mantan penyiar radio itu. Saking seriusnya menangkap peluang itu, mereka pun mengadakan program khusus bagi komunitas, salah satunya komunitas pengguna toyota, untuk belajar menjadi jurnalis.   

Di acara media training itu, Rouli beserta tim menghadirkan pembicara profesional di bidang media. Mulai dari editor, public relations hingga fotografer. Pada pelatihan tersebut, mereka berbagi kiat dan pengalaman. Harapannya, melalui acara yang berkonsep kelas kreatif ini, komunitas bisa menjadi content creator. Mereka mampu meramu informasi atau pesan secara proporsional dan menyajikan dengan kemasan yang menarik di media sosial masing-masing.

“Selain dalam bentuk tulisan atau video yang diangkat oleh mainstream media, jagat medsos juga kami harapkan makin ramai dengan konten-konten tentang kami. Termasuk, pesan sosial yang ingin kami sampaikan. Contoh, Cara Berkendara dengan Baik,” ujarnya.

 

Strategi

Perubahan ini juga membuat PR harus mampu membangun relasi yang kuat dan efektif dengan stakeholders. Khusus relasi dengan media, imbuh Rouli, mereka selama ini sudah memiliki hubungan yang cukup kuat baik dari sisi business to business secara kelembagaan maupun dari person to person dengan pelaku media.

Untuk sampai ke taraf itu perlu komitmen dan strategi. Langkah pertama adalah melakukan pemetaan berdasarkan kebutuhan media. Hal ini dikarenakan setiap media memiliki karakteristik dan target audiens beragam. Sebut saja otomotif, ekonomi, gaya hidup. Mereka juga melakukan pemetaan berdasarkan tingkat jabatan. Mulai dari level junior, menengah, sampai senior. “Perbedaan level ini tidak bisa dicampur. Sama halnya kita tidak bisa menyatukan mereka dengan content creator,” katanya.

Dalam merangkul content creator, mereka juga melakukan pemetaan berdasarkan prioritas. Misal, target audiens yang mau disasar adalah peminat motor, maka komunitas yang digandeng adalah komunitas atau content creator otomotif. Jika, targetnya gaya hidup, salah satu komunitas yang bisa dirangkul adalah perempuan, dan seterusnya. “Di antara content creator pasti ada influencer. Kita dekati mereka agar dapat memengaruhi content creator yang lain,” imbuhnya.

Lainnya tak kalah penting adalah membangun relasi dan kolaborasi yang kuat di kalangan internal. “Antarlintas departemen mulai dari PR, GPR, poduct planning, sales, hingga after-sales, duduk bersama memetakan isu,” ujarnya. Contoh, dari sisi GPR melihat arah kebijakan pemerintah ke depan. Product planning merencanakan produk untuk sepuluh tahun ke depan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan publik di masa depan. Serta, sesuai dengan kebijakan atau program pemerintah. Baru kemudian tim PR menyusun strategi komunikasi/pesan jangka panjang. Lalu membuat turunan ke dalam berbagai aktivitas, pendekatan ke grup-grup kecil, media, dan lain sebagainya. (rtn)