Dukungan untuk TV Publik

PRINDONESIA.CO | Senin, 30/09/2019 | 4.665
Upaya rebranding TVRI perlu diperkuat dengan menentukan target pasar yang jelas.
Aisyah/PR Indonesia

Televisi Republik Indonsia (TVRI) telah melakukan lompatan besar selama dua tahun ini. Perlu berbagai upaya agar perubahan ini makin dirasakan oleh publik.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Di tengah rendahnya kualitas program televisi, TVRI hadir membawa warna baru yang mengedepankan berita netral, antihoaks, dan mencerdaskan. Namun, tetap mengedepankan tampilan yang modern dan program kekinian.

Perubahan ini diam-diam diamati oleh publik yang menaruh kepedulian pada TVRI sekaligus prihatin terhadap kondisi industri pertelevisian di Indonesia saat ini. Salah satunya, dari kalangan praktisi public relations (PR). Melalui pertemuan rutin, Kopi Darat, yang diinisiasi oleh PR INDONESIA Guru Maria Wongsonagoro dan PR INDONESIA, mereka berkumpul untuk berdiskusi dan berbagi gagasan di acara bertema “Apakah Indonesia Perlu TV Publik?” di Jakarta, Kamis (12/8/2019).

Ya, akhir Maret 2019, stasiun televisi pertama di Indonesia ini resmi meluncurkan identitas baru. Perubahan identitas ini sejalan dengan filosofi yang terkandung dalam logonya, huruf TV bermakna sebagai media pemersatu bangsa, sementara RI mengandung arti mengharumkan nama bangsa. Sementara lingkaran biru bermakna konten positif dan kekinian. Perubahan ini turut membawa angin segar bagi seluruh karyawan TVRI. Hal ini tampak dari cara mereka bekerja, bersikap dan mengubah kultur perusahaan ke arah yang lebih positif.

Hasilnya, dalam kurun waktu singkat, TVRI mengalami kenaikan audience share rata-ratanya 1,41. Lebih tinggi ketimbang audience share tahun lalu hanya 0,9. Tahun 2018, untuk kali pertama TVRI memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengeculian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Juga meraih penghargaan Adam Malik Awards 2019 dari Kementerian Luar Negeri RI untuk kategori Media Televisi Terbaik. Helmi Yahya selaku Direktur Utama TVRI berharap perubahan dan nilai-nilai baru yang terjadi di stasiun televisi yang mengudara sejak 24 Agustus 1962 itu dapat dirasakan oleh publik. “Publik juga tergerak untuk bersama-sama mendukung dan merawat TVRI,” ujarnya.

 

Target Pasar

Perubahan ini disambut baik oleh para peserta. Perubahan itu menegaskan negeri ini butuh TV publik. “Masyarakat perlu televisi yang mendidik dan membangun karakter bangsa,” ujar Ketua IPRAHUMAS Dyah R. Sugianto. Menurut CEO Inke Maris & Associates Inke Maris,  “Ada tujuan yang tidak boleh dilupakan dari keberadaan televisi ini: demokratisasi dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata mantan penyiar senior TVRI itu. Dengan tujuan itu, salah satu PR INDONESIA Guru, Ida Sudoyo, berpendapat TVRI pantas menjadi ujung tombak alat pertahanan nasional, revolusi mental dan perekat sosial.

Perubahan yang dilakukan TVRI dengan memegang teguh nilai-nilai mencerdaskan bangsa menarik minat Direktur Komunikasi Danone Indonesia Arif Mujahidin untuk menjadikannya mitra. “Komitmen dan ciri khas TVRI ini membuka peluang bermitra bagi perusahaan yang memiliki nilai-nilai yang sama. Yakni, yang tidak hanya memikirkan bagaimana menjual produk ke konsumen, tapi juga menjual good story kepada konsumen,” ujarnya.

Hanya, kata founder Media Buffet PR Bima Marzuki, upaya rebranding ini perlu diperkuat dengan menentukan target pasar yang jelas. “Apakah mau menyasar target audiens yang kolonial atau milenial yang saingannya Netflix dan YouTube?” ujarnya seraya bertanya. Selain itu, harus memikirkan tidak hanya soal konten, tapi bagaimana mendistribusikan konten tersebut sesuai social behavior dari target audiens mereka.

Sementara founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan menilai perlunya TVRI memperkuat fungsi dan kedudukannya sebagai televisi publik dengan cara meningkatkan partisipasi publik. Salah satunya bekerja sama dengan universitas dan melibatkan mahasiswa Jurusan Broadcast atau Ilmu Komunikasi. (mai)