Tujuh Sektor Pembangkit Ekonomi Jabar di Masa AKB

PRINDONESIA.CO | Jumat, 21/08/2020 | 1.206
Provinsi Jabar berpeluang membangkitkan perekonomiannya di masa AKB melalui tujuh sektor.
Dok. Humas Pemprov Jabar

Berdasarkan studi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) tentang empat kategori atau kuadran selama pandemi Covid-19, Provinsi Jawa Barat (Jabar) menempati kuadran kesehatan serta ekonomi baik.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Fakta inilah yang menjadi keyakinan Ridwan Kamil, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penaggulangan Covid-19 Jabar, untuk kembali menggeliatkan perekonomian Jabar di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Menurut hasil kajian sebuah lembaga ekonomi internasional, Provinsi Jabar berpeluang membangkitkan perekonomiannya melalui tujuh sektor.

Pertama, sektor investasi. Semenjak pandemi Covid-19 merebak, banyak investor yang memilih untuk merelokasi usahanya dari Tiongkok dan masuk ke Indonesia, terutama Provinsi Jawa Barat. “Setiap tahun kami juara investasi se-Indonesia. Sebesar Rp 137 triliun investasi yang masuk ke Jabar,” ujar Kang Emil begitu Ridwan Kamil akrab disapa saat menjadi pembicara dalam webinar “Leader Talks iNews: Pemulihan Ekonomi Jawa Barat saat New Normal”, Kamis (9/7/2020).

Kedua, swasembada alat kesehatan (alkes) penanganan Covid-19. Mulai dari alat rapid test hingga ventilator. Inovasi ini, di samping bertujuan untuk menekan angka impor alkes, juga berpeluang menjadikan Jabar eksportir alkes ke dunia. Sebut saja PT Pindad sebagai produsen ventilator, PCR buatan PT Biofarma, hingga produksi rapid test oleh Universitas Padjadjaran.

Ketiga, Kang Emil memprediksi bahwa Jabar dapat menjadi pusat kesehatan terbaik di Indonesia. Keempat, Jabar disarankan untuk intens mengembangkan teknologi dan digitalisasi. “Karena orang-orang yang cepat delivery dengan teknologi itu yang akan menjadi pemenang,” katanya.

Kelima, digitalisasi. Salah satu perwujudan digitalisasi Jabar dengan hadirnya Desa Digital. Yakni program melengkapi wilayah pedesaan dengan infrastruktur internet. Hal itu bertujuan memberikan akses informasi dan akses bisnis yang luas bagi masyarakat desa. Program ini terpilih sebagai Digital Equity and Accessibility dalam ajang IDC Smart City Asia/Pacific Awards 2020. Sebab, dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan aksesibilitas informasi melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet.

Keenam, ekonomi jangka panjang seperti halnya pabrik yang mengubah plastik menjadi solar. Terakhir, pengembangan wisata lokal.

 

Dorong UMKM

Persoalannya, kegiatan ekonomi sedang lesu. Akibatnya daya beli masyarakat ikut menurun, Ketua Divisi Stabilitas Ekonomi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Taufik Garsadi meyakini dengan menggerakkan produksi UMKM yang terhambat atau terhenti selama masa pandemi, dapat membuat perekonomian Jabar kembali bergairah.

Upaya tersebut antara lain diwujudkan dengan cara memetakan UMKM yang ada di Jabar oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar serta mendirikan UMKM Centre. Di samping itu, mempererat kerja sama dengan pihak terkait. Sebut saja, HIPMI dan Kadin. “Industri ini menjadi off-taker pemasarannya UMKM. Dengan berkembangnya UMKM yang berjumlah ribuan, otomatis dapat meningkatkan daya beli masyarakat,” imbuhnya.

Taufik melanjutkan, pihaknya telah mengambil sejumlah langkah guna memulihkan industri-industri terdampak. Antara lain, membangun kerja sama dengan Percepatan Keuangan Daerah untuk relaksasi kredit, berkooridnasi dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Jabar untuk memudahkan industri dalam memasarkan produknya ke ekspor maupun dalam negeri.

Keseriusan Pemprov Jabar juga tampak dari strategi membeli 10 juta masker buatan UMKM yang di bagi menjadi dua tahap. Pertama, pembelian masker sebanyak dua juta masker dari 200 UMKM (masing-masing sepuluh ribu masker). Kedua, pemesanan delapan juta masker dari sekitar 400 – 500 UMKM. Pada tahap kedua, skala pabrikan turut dilibatkan untuk memenuhi kapasitas produksi dan spesifikasi yang berbeda-beda. (adv)