Inilah Jenis Konten yang Mampu Menarik Perhatian Warganet

PRINDONESIA.CO | Senin, 12/10/2020 | 1.128
Konten humanis mampu menggaet audiens
Dok. Istimewa

Banyaknya pemain di media sosial menuntut kemampuan PR membuat konten yang menonjol.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - “Ibarat kita mau menembak gebetan di tengah konser ingar bingar, pasti tidak kedengaran,” kata General Manager BAYK Strategic Sustainability Arya Gumilar. Apalagi jika konten itu tujuannya untuk konsumsi warganet di media sosial.

Kondisi ini makin menantang dengan adanya fenomena disinhibisi on-line. Apa itu? Yakni, kurangnya pengendalian yang dirasakan seseorang ketika berkomunikasi secara daring ketimbang secara langsung.  

“Di era digital, orang-orang memiliki kemampuan anonim di balik layar komputer. Faktor lainnya yang memengaruhi antara lain ketidaksinkronan informasi, rendahnya empati, kepribadian dan faktor budaya,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam MAW Talk, Jumat (18/9/2020).

Maka, kuncinya ada pada kemampuan public relations (PR) membangun konten humanis. Konten humanis bahkan diyakini tak hanya mampu menggaet audiens, namun juga bisa membuat perusahaan minim kritikan. Hal ini dikarenakan, audiens merasa berhadapan dengan manusia, bukan mesin. “Ketika audiens merasa berkomunikasi dengan manusia, ada rasa tidak enakan ketika ingin mengkritisi,” ujar Arya.

Dialog

Sebenarnya, ia melanjutkan, untuk menjadi humanis, praktisi PR tak perlu terjebak pada konten receh. Yang terpenting, tujuan kampanye di media sosial. Hal ini mencakup pembuatan storyline untuk keperluan storytelling. “Untuk merangkai cerita di media sosial, libatkan orang-orang yang turut membangun perusahaan dari awal,” katanya.

Pastikan juga kontennya relevan dan humanis, sesuai dengan kebutuhan audiens yang disasar, tajam, dan efektif. Agar tajam, tujuan pembuatan konten di media sosial ini juga harus sesuai dengan tujuan brand.

Praktisi PR harus menentukan kepada siapa pesan ditujukan, apa yang mereka harapkan dan siapa key opinion leader-nya.“Jadi, pelajari dulu audiens kita, sebelum kita membuat brand personality,” imbuhnya.

Setelah itu barulah PR menciptakan engagement dengan audiens. Menurut Arya, meningkatkan engagement bisa dilakukan dengan cara mengajak audiens berdialog. Ia bahkan menyarankan agar admin media sosial aktif mengajak audiensnya terlibat dalam percakapan, minimal dua kali dalam sehari. Dengan cara mengirimkan pesan langsung (direct message) atau mengunggah ulang unggahan pengikutnya. “Undang mereka saat kita membuat acara/event. Nantinya mereka akan dengan sukarela menjadi ambassador kita,” ujarnya seraya menambahkan engagement seperti ini lebih ampuh ketimbang hanya melakukan program kuis. 

“Berkah internet sesungguhnya bukan karena dia mampu berkomunikasi lebih cepat, meniadakan jarak, menyebarkan lebih simultan, dan karena membuat biaya kampanye komunikasi lebih murah. Lebih dari itu, mampu menciptakan ruang dialog,” katanya.

Terakhir, humanisasi akan lebih mudah jika perusahaan menunjuk satu orang untuk mencerminkan nilai. Contoh, Air Asia menunjuk Tony Fernandes, CEO Air Asia Group, sebagai brand personality perusahaan.  (rvh)