Memprediksi Wajah PR di Masa Depan

PRINDONESIA.CO | Senin, 19/10/2020 | 3.486
Hikmah dari temuan ini, PR perlu melakukan edukasi terus menerus kepada CEO yang diimbangi dengan pembuktian kinerja.
Dok. Istimewa

Survei 2019 Global Communications Report menunjukkan ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan PR agar mampu menjawab tantangan industri di masa depan. Terutama dalam meyakinkan CEO untuk menempatkan PR sebagai strategic management function.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hasil survei ini disampaikan oleh Sari Soegondo, Wakil Ketua Umum APPRI,  dalam acara Workshop APPRIentice yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI), Senin (12/10/2020). Menurutnya, meski survei dilakukan oleh lembaga asal Amerika Serikat, USC Annenberg Center for PR, namun terbilang cukup relevan dan bisa menjadi acuan bagi para pelaku public relations (PR) di Indonesia.  

Temuan-temuan dari survei ini juga diharapkan dapat memberi gambaran terkait wajah PR ke depan, tantangan yang akan dihadapi, serta inovasi atau tools yang dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan PR. Sehingga, keberadaan mereka dapat memberi dampak yang lebih besar bagi korporasi/industri.

Survei dilakukan dengan melibatkan responden dari dua kategori. Yakni, CEO dan pelaku PR baik dari PR korporasi maupun agensi PR. Hasilnya, kata Sari, cukup memprihatinkan. Ketika ditanya tentang agenda komunikasi yang dinilai paling penting hingga sekian tahun ke depan, misalnya, 44 persen responden dari kalangan CEO sepakat menjawab penjualan dan jasa. 

Meski demikian, baik responden dari kalangan CEO maupun PR sepakat pentingnya diferensiasi brand agar mereka unggul di tengah ketatnya kompetisi. Sayangnya, hanya 4 persen responden dari kalangan CEO yang memiliki kesadaran membela brand ketika dalam keadaan terancam.

Kesadaran CEO juga masih rendah terkait pentingnya mengawal data dan analitik untuk memberikan wawasan bagi perusahaan pada saat membangun opini, tren, apalagi membentuk kedudukan (shaping position) perusahaan di tengah isu sosial. Tapi, baik responden dari CEO maupun PR masih belum terlalu fokus memanfaatkan data dan mengolah analisis informasi. Padahal, kata perempuan yang juga merupakan Executive Director ID Comm ini, data dan analisis adalah jantung bagi perusahaan dan PR untuk mendapatkan wawasan mendalam jika ingin membangun dan mengomunikasikan diferensiasi brand mereka. 

Selain itu, sebanyak 60 persen CEO belum tertarik mengomunikasikan isu sosial yang terkait dengan bisnis mereka. Sebaliknya, 69 persen responden dari kalangan PR menyadari pentingnya mengomunikasikan hal tersebut untuk mengamankan ekosistem dan memperkuat jaring pengaman bagi perusahaan. 

Selanjutnya, apakah industri PR akan mengalami perubahan signifikan dalam lima tahun ke depan? Sebanyak 61 persen responden dari agensi PR menjawab iya, namun PR korporasi tidak sepenuhnya optimis. Hal ini juga tampak pada pertanyaan, apakah anggaran untuk PR akan berkembang di masa mendatang? Hanya 69 persen dari kalangan PR korporasi yang menjawab, ya. Sementara 26 persennya menjawab tidak ada perubahan, dan 5 persen menjawab semakin menurun. Namun, keduanya sepakat, ke depan PR dan marketing akan semakin terintegrasi.

 

Edukasi Terus-Menerus

Hikmah dari temuan ini, Sari melanjutkan, PR perlu melakukan edukasi terus-menerus kepada CEO yang diimbangi dengan pembuktian kinerja sehingga CEO sadar PR adalah bagian dari strategic management function. “PR bukan hanya sistem pendukung dari penyuplai informasi, tapi mampu menjadi ‘pembisik’ strategis untuk mengarahkan ke mana kapal besar ini (korporasi) mau di bawa,” ujarnya. 

Mengingat ilmu terapan PR diprediksi akan semakin terintegrasi dengan marketing, hal itu menunjukkan CEO menuntut PR tak hanya sekadar menjaga reputasi dan jejaring. Lebih dari itu, CEO berharap PR melalui fungsi dan perannya ikut memberi sumbangsih terhadap agenda perusahaan. “Jika hal itu bisa dilakukan, tidak menutup kemungkinan akan membuka peluang lebih besar kepada PR untuk masuk ke ranah yang lebih di dalam perusahaan dan mendorong adanya perubahan struktural di dalam organisasi,” tutupnya. (rtn)