Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi dan Humas Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Henni Indrayani mengajak lulusan komunikasi hari ini untuk punya pemahaman yang menyeluruh terkait industri sebelum terjun ke dunia kerja.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi dan Humas Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Henni Indrayani menyebut, lulusan komunikasi hari ini harus punya pemahaman yang menyeluruh terkait industri sebelum terjun ke dunia kerja. Hal tersebut mengingat dinamika industri yang cepat berubah.
Oleh karena itu, kata Henni menerangkan, di Udinus mahasiswa Ilmu Komunikasi tidak hanya dibekali fondasi komunikasi konvensional, tetapi juga pemahaman komunikasi digital yang kuat melalui peminatan corporate reputation serta creative PR and innovation. “Perguruan tinggi harus mampu mengikuti ritme tersebut agar lulusan tidak tertinggal,” ujarnya dalam acara PR Meet Up & Peluncuran Serial Buku PR INDONESIA di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Jakarta, Jumat (19/12/2025).
Henni juga menggarisbawahi bahwa lulusan Ilmu Komunikasi harus senantiasa adaptif dan kreatif. Sebab, tuntutan industri hari ini tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus informasi dan budaya viral yang membentuk persepsi publik. Namun, terpenting dari itu semua, lanjut alumnus Universitas Diponegoro tersebut, transparansi adalah fondasi yang senantiasa harus dipastikan.
Henni mengatakan, transparansi adalah benang merah dalam pengelolaan reputasi. Sementara reputasi, lanjutnya, tidak bisa dibentuk secara paksa karena menuntut praktik komunikasi yang konsisten. “Reputasi tidak bisa dibangun instan dalam semalam, tetapi harus melalui proses jangka panjang yang harus dijaga secara konsisten,” jelasnya.
Teori Dan Realitas Lapangan
Terpisah, Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat Prof. Atwar Bajari mengatakan, diskursus soal kesenjangan antara kompetensi lulusan komunikasi dengan tuntutan industri tetap harus dihidupkan. Namun, tegasnya, perguruan tinggi hari ini bukan tanpa usaha. Menurutnya, perguruan tinggi sudah cukup inovatif dalam meminimalkan kesenjangan yang menjadi momok tersebut.
Selain dibuktikan dengan komitmen Udinus, di Universitas Padjadjaran, kata Atwar, mahasiswa juga sudah diwajibkan mengikuti digital course yang dapat dikonversi setara dengan beberapa mata kuliah. Selain itu, kampus secara rutin menghadirkan praktisi untuk berbagi pengalaman lapangan dan mewajibkan mahasiswa memiliki sertifikat kompetensi sebelum lulus. “Langkah-langkah ini penting agar lulusan lebih siap menghadapi kebutuhan industri,” ujarnya dalam acara peluncuran buku “Untold Storied: Strategi Public Relations di Industri Kreatif” karya Agung Nugroho pada Kamis (27/11/2025) di Universitas Bakrie, Jakarta.
Pada akhirnya, kesenjangan kompetensi lulusan PR membutuhkan upaya serius dan berkelanjutan dari kampus maupun industri. Kolaborasi yang erat antara keduanya menjadi kunci untuk melahirkan praktisi PR yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga beretika, adaptif, dan mampu merawat reputasi secara strategis. (EDA)
- BERITA TERKAIT
- Menyoal Kesiapan Lulusan PR Untuk Terjun ke Industri
- PR INDONESIA Luncurkan Serial Buku Baru, Bahas Hal Penting bagi PR Kiwari
- HUMAS INDONESIA Outlook 2026 Beri Gambaran Penting untuk Tahun Depan
- Ketika Kolaborasi Harus Digencarkan Demi Komunikasi yang Berdampak
- Menavigasi Tantangan PR di Tengah Ledakan Informasi dan Teknologi