Saat ini, tercatat 60 persen populasi di Indonesia berusia di bawah 30 tahun. Perubahan target audiens ini turut mengubah cara brand berkomunikasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Untuk itu, kata CEO H + K Strategies Indonesia Marianne Admardatine, sebelum mengomunikasikan brand, pastikan dulu kita memiliki data dan science. Salah satunya mengenai apa produk kita, siapa konsumen yang mau disasar, hingga seperti apa ekspektasi mereka.
Apalagi, ujarnya saat mengisi gelar wicara yang diselenggarakan secara virtual oleh IABC bertajuk “FMCG Business in the Pandemic: Understanding Consumers Expectation”, Kamis (19/11/2020), pandemi turut mengubah ekspektasi konsumen terhadap brand. “Saat ini konsumen fokus pada tujuan dan kontribusi brand terhadap masyarakat,” imbuh Marianne.
Cara pandang konsumen terhadap brand juga berubah. “Konsumen menjadi lebih concern kepada bagaimana brand berperilaku dan mengambil aksi nyata dalam berbuat baik,” ujarnya.
Selain itu, konsumen menginginkan brand yang membangun dialog dengan mereka. “Brand harus dapat menciptakan percakapan dengan konsumen. Termasuk, melibatkan konsumen untuk dapat mengambil bagian saat mereka melakukan aksi nyata,” katanya.
Marianne memberikan contoh. Misalnya, perusahaan melakukan aksi nyata membantu petani kopi mulai dari menjaga budaya, gaya hidup, hingga sejarah kopi. “Brand harus bisa menjadi aktivis lingkungan, lebih dari sekadar melakukan aksi tanggung jawab sosial,” ujarnya. “Sehingga, ketika tujuan tersebut disampaikan pada konsumen, mereka membeli produk sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan tersebut,” tutupnya. (rha/rvh)
- BERITA TERKAIT
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab
- Dorong Kecakapan Komunikasi, Kementerian Ekraf Apresiasi Kelas Humas Muda Vol. 2