PR 2021: Adaptif dan Lincah

PRINDONESIA.CO | Kamis, 28/01/2021 | 1.158
Praksiti PR dipacu untuk belajar, beradaptasi, dan bergerak lincah
SIRCLO

Meski belum ada tanda-tanda pandemi COVID-19 akan berakhir tahun ini, namun pengalaman sepanjang tahun 2020 membuat praktisi PR banyak belajar dan lebih siap.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pernyataan ini kompak diamini oleh kelima pembicara, yang kesemuanya merupakan praktisi public relations (PR) lintas industri, saat mengisi gelar wicara bertajuk “PR Trends and Outlook 2021” yang diselenggarakan PERHUMAS, Selasa (12/1/2021). Masing-masing merupakan PR dari industri perbankan, FMCG, B2B, dan digital platform.

Kelimanya juga sepakat, tahun lalu, umumnya korporasi memfokuskan pada tiga hal. Antara lain, kesehatan dan keselamatan karyawan, ketersediaan barang untuk konsumen, dan kontribusi membantu negeri. Dari sisi komunikasi, 2020 juga merupakan tahun di mana fungsi dan peran komunikasi menjadi penting dan super kritikal. Semua stakeholder baik internal maupun eksternal memerlukan transparansi dan kepastian di tengah kondisi yang tidak pasti, informasi yang akurat dan terpercaya di tengah banyaknya hoaks. Semua ingin informasi tadi diterima dengan cepat.

Namun, di tahun itu pula semua praktisi PR dipacu untuk belajar, beradaptasi, dan bergerak lincah. Country Head of Corporate Affairs Citibank Indonesia Puni A. Anjungsari memandang tahun 2020 sebagai super charge era. Semua solusi digital yang rencananya baru akan diluncurkan beberapa tahun mendatang, dipaksa untuk dipercepat karena tuntunan keadaan juga desakan kebutuhan. 

Nuraini Razak, VP of Corporate Communications Tokopedia, sependapat. “Pandemi mendorong terjadinya akselerasi digital. Tidak hanya bagi perusahaan dan pelaku PR dalam menjalankan aktivitas komunikasi mereka, tapi juga masyarakat,” ujarnya.

Tahun lalu juga membawa banyak hikmah. Seperti yang dirasakan oleh Kristy Nelwan, Head of Communication Unilever Indonesia. Aktivitas yang banyak dilakukan secara virtual, membuat indikator kesuksesan program dan dampak dari suatu program komunikasi bisa langsung terukur, salah satunya dari jumlah partisipan. Pun engagement dengan cara melakukan perception audit secara real-time. Ya, keberadaan teknologi membuat pekerjaan PR justru menjadi jauh lebih efesien dan efektif.

Dapat Diandalkan

Berkaca dan belajar dari tahun lalu, mereka sepakat tahun ini tak ubahnya tahun lalu. Tahun di mana PR harus adaptif untuk bisa survive, bergerak lincah dan cepat. Menurut Deputy Director Corporate Affairs APRIL Group Anita Bernardus, PR juga harus mampu menjadi fungsi pendukung yang dapat diandalkan bagi organisasi. Untuk itu, gunakan kesempatan ini untuk belajar dan mengerjakan sesuatu yang baru di luar PR untuk meningkatkan nilai tambah.  

Adapun kemampuan lain yang mesti dimiliki PR tahun ini, menurut Nuraini, adalah menjadi pendengar yang baik di media konvensional, digital, sosial, juga internal. Alasannya, banyak informasi yang beredar di luar. Dengan menjadi pendengar yang baik, PR dapat membantu organisasi dalam pengambilan keputusan. Ia juga mengajak PR meningkatkan fungsi monitoring dengan memanfaatkan artificial intelligence. Sehingga, PR tidak hanya mendengar, tapi dapat melakukan evaluasi lebih baik.

Sementara itu, Head of Communication Bytedance Indonesia (TikTok) Cathrine Siswoyo, melihat pandemi telah membawa perubahan perilaku. Masyarakat jadi lebih banyak berinteraksi secara daring. Pengalaman digital kini menjadi pengalaman setiap orang. Alhasil, saat ini banyak orang menyukai segala hal yang bersifat personal. Perubahan inilah yang kemudian harus ditangkap PR. Mereka harus mampu beradaptasi dengan teknologi dan platform baru, membangun komunikasi dan konten yang sifatnya personal, mengandung unsur storytelling, durasinya pendek, menarik, berbeda/unik, tapi mudah dipahami. (rha/rtn)