Menteri Sandi Butuh Bantuan, Bangun Ekosistem Komunikasi di Industri Parekraf

PRINDONESIA.CO | Sabtu, 27/02/2021 | 1.097
Membangun parekraf perlu melibatkan ekosistem komunikasi yang kreatif, organik juga dinamis.
Dok. Istimewa

Pandemi COVID-19 sudah setahun melanda Indonesia. Industri yang paling terdampak, pariwisata dan ekonomi kreatif, belum juga mengalami perkembangan signifikan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ya, antara pandemi COVID-19 dengan industri pariwisata dan ekonom kreatif (parekraf) memang bagaikan dua kutub yang berlawanan. Pandemi membuat manusia kehilangan mobilitas untuk mengurangi potensi penularan virus, sementara parekraf identik dengan pergerakan manusia dan kerumunan massa.

Aktivitas industri  parekraf pun mendadak mati suri. Sekalipun orang ingin travelling, tapi kesehatan diri dan keluarga menjadi prioritas utama. Data dari Januari - Oktober 2020 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara turun 73,6 persen selama pandemi.

Bahkan data BPS tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Bali yang selama ini dikenal sangat mengandalkan sektor parekraf tercatat minus 9,31 persen, atau terendah setanah air.

Dalam pidatonya dalam Webinar #IndonesiaBicaraBaik dengan topik, “Kolaborasi Hexahelix Komunikasi Untuk Bangkitkan Pariwisata Negeri”, Sabtu (27/2/2021), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Uno mengatakan, Kemenparekraf terus melakukan berbagai upaya konsolidasi, terobosan dan inovasi untuk mempercepat sektor ini bangkit. Namun, upaya tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Perlu melibatkan ekosistem komunikasi yang kreatif, organik juga dinamis untuk mendorong komunikasi yang membangun keseimbangan antara pencegahan pandemi dengan pemulihan ekonomi. Di samping menyeimbangkan sisi supply dan demand, menyiapkan lima destinasi super prioritas, termasuk lima destinasi tulang punggung seperti Bali dan berbagai destinasi lainnya.

Menteri Sandi berpendapat perlu ada satu tema atau narasi besar untuk membangun optimisme. Melalui webinar ini, ia mendorong partisipasi semua lintas sektor, terutama para praktisi komunikasi, untuk berkontribusi mempercepat bangkitnya industri parekraf. Menurutnya, kebijakan yang digulirkan tidak akan berjalan tanpa dukungan aktif semua pihak, termasuk jika tidak terkomunikasikan dengan baik kepada khalayak publik. 

Langkah ini, menurut Menteri Sandi, juga bagian dari wujud kesungguhan Kemenparekraf dalam  mengimplementasikan program kerja mereka. Antara lain, gercep (gerak cepat), geber (gerak bersama memanfaatkan semua potensi) dan gaspol (menggarap semua potensi lapangan kerja yang ada).

Agung Laksamana, Ketua Umum BPP PERHUMAS, menyambut baik upaya Kemenparekraf. Menurutnya, saat ini sudah bukan saatnya mempertentangkan antara realita pandemi dengan ekonomi. Sebaliknya, bekerja sama untuk mencari solusi dan berkolaborasi.

"Seiring terus bergulirnya pandemi, ada dua pertanyaan yang mesti kita jawab: what's next dan how to," ujarnya. "Kita mesti beradaptasi, mencari stestegi dan inovasi baru. Di industri pariwisata, misalnya, turis butuh kepastian dan keyakinan, salah satunya melalui sertifikasi CHSE," imbuhnya. Di sisi lain, berbagai upaya tadi harus didukung dengan strategi komunikasi yang baik. (rtn)