HOME » EVENT » PRIA

Catatan Juri PRIA 2021 Nonpresentasi : Pentingnya Eksperimen dalam “Storytelling”

PRINDONESIA.CO | Selasa, 16/03/2021 | 2.148
Banyak tema pandemi yang bisa dieksplorasi
Dok. PR INDONESIA

Banyak instansi/korporasi yang memanfaatkan momentum pandemi untuk mengangkat citra mereka. Tidak ada yang salah. Namun, menjadi terasa membosankan karena banyak yang melakukan hal serupa. 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Inilah yang menjadi catatan Produser Senior Narasi TV Aqwam Fiazmi Hanifan, juri untuk kategori video profile, internal magazines, dan internal e-magazines PR INDONESIA Awards (PRIA) 2021. “Mayoritas peserta mengangkat konten upaya perusahaan mereka menerapkan protokol kesehatan. Padahal, banyak tema pandemi yang bisa mereka eksplorasi,” ujarnya.

Contoh, salah satu perbankan di Indonesia yang mengangkat isu tentang peredaran uang rentan menularkan virus COVID-19. Lalu, mereka menceritakan upaya yang dilakukan agar peredaran uang steril dari virus. Selain momentumnya tepat, isu ini juga relevan dan dekat dengan keseharian masyarakat.

Catatan Aqwam selanjutnya adalah soal aliran (flow) dalam mengerjakan majalah atau ketika menyajikan video profile dari awal sampai akhir. Ia masih menemukan majalah yang menjadikan format tanya jawab menjadi laporan utama. “Tidak masalah asalkan format tersebut disajikan dengan cara storytelling. Bahkan, lebih bagus jika dikemas menjadi feature agar pembaca dapat memahami konten secara utuh,” ujarnya.

Sementara saat menyajikan video profile dengan cara bertutur, menurutnya, tidak melulu merupakan penuturan dari sudut pandang orang pertama. Sebaliknya, bisa dari orang kedua atau ketiga. “Memang perlu eksperimen ketika menyajikan konten dengan gaya bertutur,” katanya seraya berpesan durasi video idealnya lima menit. Dalam kurun waktu tersebut, pastikan sudah mengandung unsur singkat, padat, jelas, dan kreatif.

 

Belum Adaptif

Sementara bagi Ketua APPRI Jojo S. Nugroho, karya peserta tahun ini tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi pandemi membuat praktisi komunikasi harus meninjau dan memperbarui SOP tata kelola kehumasan.

Begitu pula dengan brand guideline. Pandemi mendorong PR untuk familiar dengan beberapa hal baru seperti digital interface, penempatan logo secara virtual, digital background, bumper video, dan masih banyak lagi. 

Namun, juri kategori prakrisis, krisis, tata kelola kehumasan, dan brand guideline ini mengaku masih belum menemukan banyak peserta yang adaptif terhadap perubahan yang terjadi di masa pandemi—krisis yang telah mengubah cara dunia bekerja, bahkan hingga seterusnya.  “Karena kondisi new normal akan terus berlangsung, maka perubahan harus dilakukan saat ini juga,” ujarnya.

Sementara Editor in chief Brilio.net Titis Widyatmoko menilai kualitas peserta tidak hanya berdasarkan konten semata. Lebih dari itu, kualitas cover, ilustrasi, fotografi, hingga infografis. Khusus untuk subkategori aplikasi dan website, juri owned media, e-magazine, aplikasi, dan website ini menilai dari segi konsistensi update, kreativitas, interaktivitas, dan konten marketing yang menarik.

Ia berharap ke depan seluruh peserta dapat memenuhi seluruh indikator penilaian tersebut sebelum menghasilkan suatu karya. (rvh)