Profesi public affairs (PA) diyakini akan makin strategis dan kritikal seiring dengan bertambahnya tantangan karena adanya perubahan zaman dan cara manusia berkomunikasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada banyak peran yang diemban oleh praktisi public affairs (PA). Hal ini disampaikan oleh Ketua Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) Agung Laksamana saat membuka gelar wicara bertema “What is Working in Public Affairs Really Like? Begini Caranya!” secara virtual, Rabu (1/2/2023). Menurutnya, tugas PA tidak hanya membangun networking.
Banyak peran menarik yang dilakukan oleh praktisi PA. Salah satunya, membangun hubungan dengan semua stakeholder Dari lintas sektor dan berbagai level. Jadi, kata pria yang juga merupakan EVP Government Relations, External Affairs and Corporate Communications Freeport Indonesia, menjadi PA memang harus secara sukarela menginvestasikan waktunya yang banyak untuk berdiskusi dengan semua pemangku kepentingan. Mulai dari media, pemerintah, akademisi, hingga LSM. “Sebab, dari mereka, kita bisa mendapatkan insight tentang bisnis ini berjalan,” ujarnya.
Sementara, menurut Zsa Zsa Ryski, Corporate Secretary Saka Energi, yang menjadi pembicara di acara tersebut, PA itu terbuka dengan banyak sekali peluang (opportunity). Maka, buka mata dan telinga untuk menggali potensi agar kompetensi dan pengetahuan sebagai PA makin berkembang. “Dengan memiliki kompetensi dan pengetahuan yang beragam, tidak hanya membantu PA dalam menjalankan profesinya. Lebih dari itu, PA bisa hidup dari mana saja,” katanya.
Senada dengan Zsa Zsa. Director Corporate Affairs Frisian Flag Indonesia Andrew Saputro meyakini profesi PA akan tetap ada. Bahkan, posisinya akan makin strategis. Hal ini dikarenakan isu dan reputasi itu merupakan sesuatu yang harus dikelola oleh PA setiap saat baik di lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
Director Government Relations Citibank Hotman Simbolon, masih di acara yang sama, sependapat. Menurutnya, fungsi PA di masa depan akan makin kritikal. Apalagi tantangan yang dihadapi ke depan bakal makin bertambah seiring dengan perubahan zaman dan cara manusia berkomunikasi. Sebut saja, tantangan globalisasi, regionalisasi, politik, hingga kebijakan dalam negeri. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab