PR dan Dukungannya Terhadap Ekonomi Digital

PRINDONESIA.CO | Senin, 06/02/2023 | 1.633
Saudi Arabia dan UAE terus melakukan upaya transformasi ekonomi digital
Dok. Arabian Business

Sebagai 10 negara dengan perkembangan ekonomi teratas dari 152 negara, Saudi Arabia dan United Arab Emirates (UAE) terus melakukan upaya transformasi ekonomi digital. Transformasi ini tak terlepas dari dukungan public relations (PR).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Mari kita sejenak mengunjungi tren yang sedang terjadi di belahan negara-negara Timur Tengah. Berdasarkan informasi dari IPRA Board Member West Asia Faisal Al-Zahrani ketika menjadi pembicara di acara International Public Relations Summit (IPRS) 2022, Bali, Rabu (23/11/2022), isu yang sedang menguat di kawasan tersebut adalah terkait ekonomi digital.

Dalam presentasinya, Faisal mengatakan, produk domestik bruto (PDB) dari negara-negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council mencapai 2,25 miliar dolar AS di tahun 2021. Dari jumlah tersebut, 55 persen berasal dari Saudi Arabia dan United Arab Emirates (UAE).

Berdasarkan laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), UAE dan Saudi Arabia menduduki peringkat teratas dalam indeks e-commerce UNCTAD. Kedua negara ini berada dalam 10 negara dengan perkembangan ekonomi teratas dari 152 negara. Peringkat ini didasari oleh penyebaran internet yang luas, penggunaan kartu kredit, dan situs aman yang menawarkan keamanan dan kerahasiaan transaksi bisnis untuk pengguna.

Vital

Untuk mendukung perkembangan ekonomi digital ini, lanjut Faisal, peran  PR dalam menjalankan komunikasi digital menjadi sangat vital. Ia mengatakan, sejak 2008, bidang komunikasi digital menjadi salah satu pekerjaan paling penting di dua negara tersebut.

Dari data yang dikutip dari databoks.katadata.co.id, 19 Februari 2021, tercatat 98,5% populasi Saudi Arabia dan 99,5% populasi UAE merupakan pengguna internet. Sementara untuk pengguna media sosial, UAE memiliki lima juta pengguna Twitter dan 6,5 juta pengguna Facebook. Fenomena ini turut memengaruhi cara bekerja PR di kedua negara tersebut yang kini bermigrasi dari kanal-kanal tradisional ke percakapan on-line. “Sejumlah besar perusahaan menggabungkan PR tradisional dengan konten marketing dan media sosial,” kata Faisal.

Di satu sisi, imbuhnya, media sosial memiliki berbagai manfaat. Di antaranya, meningkatkan kolaborasi, berbagi pengetahuan, dan inovasi. Di samping itu, media sosial juga dapat mengedepankan transparansi dan memberikan dampak kuat terhadap pemerintah dalam meningkatkan layanan departemen mereka. Media sosial juga berperan dalam memajukan ekonomi, mendukung e-learning, dan efektif dalam penyebaran berita.

Oleh karena itu, PR harus mengambil kesempatan. Salah satunya, dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk promosi dan pemasaran. Serta, menjadikan media sosial sebagai alat dan pilihan untuk berkomunikasi. “Digitalisasi juga memudahkan PR untuk mengakses data yang dapat dipercaya,” katanya.

Faisal menyadari, di masa mendatang, digitalisasi membuat sebagian orang harus  berpindah profesi agar tetap relevan dengan kebutuhan bisnis. Oleh karena itu, ia berpesan agar PR, tidak hanya di Saudi Arabia UAE, tapi juga Indonesia, untuk selalu mengembangkan kompetensi dan mengikuti perkembangan digital. (rvh)