
Oleh: Fardila Astari, IAPR, Direktur Rajawali Global Education, Certified AMEC Measurement
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Genap setahun organisasi profesi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) dan PR INDONESIA mendorong pengukuran dan evaluasi yang distandarisasi oleh Association of Measurement and Evalution of Communication (AMEC) di Indonesia. Hal ini harus dilanjutkan di tahun 2023, mengingat dasar-dasar pengembangan perencanaan strategis (strategic planning) dari riset sampai pengukuran dan evaluasi yang dilakukan oleh para praktisi PR masih panjang dan berliku. Khususnya, dalam menciptakan komunikasi yang berdampak pada perubahan organisasi, perubahan sosial, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan organisasi baik institusi maupun korporasi. Kondisi ini tentunya tidak saja terjadi di tanah air, tapi juga seluruh dunia.
Riset yang dipublikasikan oleh Global Alliance tentang “Trends in Reputation and Intangible Asset Management” menyebutkan bahwa salah satu hal yang masih menjadi masalah adalah penerapan model pengukuran oleh organisasi untuk menguji keefektifan reputasi baik dari sisi komunikasi, stakeholder trust management dan pengukuran reputasi bagi CEO masih di bawah 50%.
Riset itu juga menghimpun sejumlah catatan. Salah satunya, untuk sektor pembangunan sustainability masih perlu memerhatikan pengukuran kemajuan perusahaan dengan goals sustainability, mengukur serta mengelola dampak produk investasi yang berkelanjutan terhadap bisnis. Sementara dari sisi etika, para praktisi diharapkan mampu menentukan indikator-indikator yang mencerminkan dampak pengelolaan ESG terhadap bisnis.
- BERITA TERKAIT
- Mencetak Paket Komplit PR Spesialis Perbankan
- Evolusi Lanskap Komunikasi, Perspektif Baru Pengukuran
- Peran Kepemimpinan dalam Keberhasilan Mengelola "Stakeholder"
- Kunci Keberhasilan Public Affairs di 2025
- Humas Pemerintah, Mau Dibawa ke Mana?