Humas Bukan Hanya Corong Melainkan Telinga

PRINDONESIA.CO | Senin, 21/07/2025
Ilustrasi Humas atau PR menjadi "telinga" bukan hanya sekadar "corong" informasi perusahaan.
doc/ai

Pandangan lawas bahwa humas atau public relations (PR) hanya memiliki posisi sebagai corong yang fokus pada fungsi “delivering”, melalui siaran pers dan konten media sosial. Namun, Praktiknya kiwari ini, profesi ini juga sebagai telinga untuk memahami dan mewujudkan tanggapan kebutuhan para audiens. 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kehumasan erat terkait dengan reputasi instansi dan kepercayaan publik. Ini merupakan fakta yang kerap kita dengan dalam berbagai diskusi/forum kehumasan, pun kita terapkan melalui kerja-kerja kehumasan. Namun, hal yang layak direnungkan lebih lanjut adalah: apa kriteria untuk menilai suatu instansi dapat dipercaya? Indikator apa yang dianggap sebagai prasyarat pembentukan kepercayaan publik terhadap suatu instansi?

Berdasarkan data 2024 Edelman Trust Barometer yang menghimpun lebih dari 32.000 responden (p.30), terungkap bahwa tindakan mendengar atau --lebih jauh, menyimak--, merupakan titik tekan tersendiri yang amat memengaruhi daya percaya publik. Bagaimana organisasi/ instansi memberikan ruang yang memadai untuk mendengar keluhan, saran, dan kebutuhan dari masyarakat, seakan mendapat cetak tebal tersendiri.

Bahkan, dapat dilihat bahwa skor “listening” untuk pemerintah lebih tinggi dibanding tipe organisasi lain. Hal tersebut mematahkan pandangan lawas bahwa humas hanya memiliki posisi sebagai corong yang fokus pada fungsi “delivering”, melalui produk kehumasan semacam siaran pers dan konten media sosial. Padahal, pada kenyataannya, kepercayaan publik justru terbentuk dari sebagaimana apik instansi mendengar yang diwujudkan melalui penyajian tanggapan dalam ragam bentuknya.