Isu Keberlanjutan Perlu Dukungan Gen Z

PRINDONESIA.CO | Jumat, 14/07/2023
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menjadi pembicara dalam IABC Mid-Year Conference 2023 di Jakarta, Jumat (14/7/2023)
Dok. IABC

International Association of Business Communication (IABC) Mid-Year Conference 2023 yang berlangsung di Jakarta, Jumat (14/7/2023), menekankan pentingnya praktisi komunikasi untuk meningkatkan keterlibatan Generasi Z dalam mewujudkan keberlanjutan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – International Association of Business Communication (IABC) Indonesia Chapter meyakini upaya mewujudkan keberlanjutan perlu mendapat dukungan generasi muda. Karena hal itu pula IABC Mid-Year Conference 2023 yang berlangsung di Jakarta, Jumat (14/7/2023) mengusung  tema “Sustainability Today, Legacy for Tomorrow”.

Di hadapan peserta konferensi, President IABC Indonesia Elvera N. Makki mengatakan, generasi muda, khususnya Gen Z, memiliki concern yang lebih tinggi terhadap isu ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh IABC tercatat 70 persen Generasi Z merasa senang apabila mereka bisa terlibat sebagai sukarelawan untuk isu keberlanjutan.

Masih dari survei tersebut, diketahui 50 persen dari Gen Z merasa bersalah jika tidak melakukan aksi-aksi keberlanjutan. Vera, begitu Elvera akrab disapa, berharap konferensi ini dapat menjadi pemantik bagi Gen Z untuk ikut berkontribusi dalam pencapaian target-target keberlanjutan dari pemerintah.  

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan pengalamannya mengomunikasikan isu keberlanjutan kepada sekitar 41 juta masyarakat Jawa Timur. “Bukan hal yang mudah,” katanya mengaku. 

Apalagi, kata mantan Bupati Trenggalek, ini makin besar jumlah penduduk, maka makin besar pula jejak ekologinya (ecological footprint). Jejak ekologi adalah daya dukung lingkungan untuk menopang kehidupan manusia.

Menurutnya, langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengomunikasikan sekaligus menarik minat Gen Z untuk mendukung isu keberlanjutan adalah dengan memahami karakter mereka. “Gen Z memiliki karakter yang mengutamakan kenyamanan,” katanya.

Untuk itu, Pemprov Jawa Timur melakukan pendekatan melalui penggunaan teknologi yang mampu memberikan kenyamanan sekaligus berkontribusi mengurangi emisi karbon. Salah satunya lewat program Smart City.

Pemprov Jawa Timur telah meluncurkan program ini sejak 2017 hingga 2021. Program yang telah tersebar di 34 kabupaten dan kota dan disesuaikan dengan arah pembangunan masing-masing daerah ini mencakup enam indikator. Antara lain, smart people, smart economy, smart governance, smart mobility, smart environment, dan smart living.

Namun, kata Emil, karakter Gen Z di tiap daerah ini tidak bisa disamaratakan. Nilai-nilai yang mereka anut juga berbeda. Ada yang fanatik hingga liberal. Sehingga, untuk mengomunikasikan isu keberlanjutan, tak bisa hanya merujuk pada tren global, namun juga kearifan lokal. Salah satunya, menggandeng influencer hyperlocal.

Influencer hyperlocal adalah orang yang memiliki pengaruh mengakar di komunitasnya. Semakin banyak tokoh hyperlocal, semakin bervariasi pula Generasi Z yang bisa dirangkul dari satu tempat ke tempat lain. Dan, makin terkostumisasi pula pesan yang harus dirancang oleh humas atau praktisi komunikasi. (rvh)