Tidak mudah mengomunikasikan enviromental, social, governance (ESG), aspek yang digunakan untuk menilai keberlanjutan dan kinerja perusahaan, namun belum banyak dipahami oleh masyarakat. Kondisi serupa juga dirasakan oleh PT Pertamina (Persero). Bagaimana strategi mereka?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Saat ini dunia tengah menyoroti penerapan aspek enviromental, social, governance (ESG) di tiap lini bisnis organisasi menyusul makin populernya isu lingkungan dari berbagai sektor. ESG juga menjadi aspek penting untuk menilai keberlanjutan dan kinerja perusahaan.
Isu ini pula yang mengemuka di konferensi yang diadakan oleh International Association of Business Communicators Indonesia (IABC) bertema “Sustainability Today, Legacy for Tomorrow” di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
Menurut Kepala Badan Standardisasi Instrumen Standardisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ary Sudjianto yang didapuk sebagai pembicara siang itu, salah satu isu lingkungan yang paling menjadi ancaman sekaligus krisis terbesar di muka bumi saat ini adalah perubahan iklim.
“Perlu ada upaya ekstra agar pembangunan tetap dapat dilakukan tanpa menghancurkan rumah sebagai tempat tinggal manusia,” kata peraih gelar magister bidang Teknik Lingkungan di University of Michigan, Amerika Serikat, ini.
Di PT Pertamina (Persero), komitmen perusahaan migas milik BUMN ini dalam penerapan aspek ESG telah mendorong peningkatan rating ESG Pertamina secara global. Pada September 2021, seperti yang dilansir dari www.pertamina.com, Pertamina menerima ESG Risk Rating oleh Sustainalytics sebesar 28,1.
Korporasi yang dipimpin oleh Nicke Widyawati selaku Direktur Utama ini juga dinilai berada pada risiko Medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG. Risk Rating ini mengalami perbaikan signifikan dari sebelumnya mencapai 41,6 (Severe Risk) pada Februari 2021. Salah satu bentuk kesungguhan Pertamina itu adalah dengan mengelola limbah hasil emisi karbon yang kembali ditangkap untuk kemudian dijadikan sebagai energi.
Namun, kata VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso yang turut menjadi pembicara pada hari itu, tidak mudah mengomunikasikan ESG. “Hingga saat ini mengomunikasikan ESG masih menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ujarnya mengaku.
Pria yang sebelumnya berkiprah sebagai Public Relations Manager di Sekretariat Presiden itu mengatakan, salah satu faktornya karena belum semua orang memahami tentang ESG. Untuk menyiasatinya, Corporate Communication Pertamina berupaya mengemas konten-konten mengenai ESG menjadi informasi yang ringan dan mudah dicerna publik.
Konten tersebut kemudian disebarluaskan melalui berbagai kanal komunikasi. Mulai dari media online dan cetak baik nasional maupun internasional, media sosial, website perusahaan, televisi, radio, broadcast di kalangan internal, hingga event activation. Audiens yang disasar, menurut Fadjar, tidak hanya ditujukan kepada stakeholder eksternal, tapi juga internal perusahaan.
Secara garis besar, dalam panel diskusi bertajuk “The Role of Communications & Technology in Driving Sustainability (ESG and DEI), Fadjar memaparkan empat tahap strategi yang dilakukan Pertamina untuk mengomunikasikan ESG. Antara lain:
1. Conditioning
Tahap ini adalah upaya yang dilakukan Pertamina untuk menciptakan informasi terkait implementasi ESG perusahaan baik di setiap kegiatan operasional maupun upaya yang sudah dilakukan sebagai wujud dari komitmen perusahaan mendukung program ESG.
2. Reminding
Yakni, mengomunikasi kembali setiap kemajuan (progress) program ESG lewat media massa dan media sosial agar publik, shareholder, dan investor mengetahui bahwa perusahaan konsisten dalam mewujudkan ESG.
3. Developing
Informasi terkait program ESG disampaikan melalui pihak ketiga. Misalnya, pengamat sosial dan energi.
4. Strengthening
Tahap ini menunjukkan hasil penilaian ESG perusahaan meningkat dan dikomunikasikan kembali agar mendapatkan kepercayaan investor.
Setelah seluruh rangkaian dilakukan, program komunikasi ESG Pertamina mampu menghasilkan jumlah pemberitaan organik terkait tata kelola mencapai lebih dari 6.000 artikel dengan nada pemberitaan positif mencapai 90 persen. Tidak hanya itu, program tersebut juga berhasil membawa dampak positif terhadap reputasi terkait Perusahaan Energi Berwawasan ESG dan meningkatkan peringkat ESG perusahaan di dunia. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab