Film tak hanya dipandang sebagai medium hiburan. Lebih dari itu, film dapat membentuk branding suatu negara.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Heru Effendi dalam bukunya Mari Membuat Film yang terbit tahun 2002, film adalah bagian dari komunikasi massa yang penayangannya bersifat audio visual dan diperuntukkan sebagai alat komunikasi untuk perorangan ataupun kelompok orang di satu tempat.
Film juga merupakan medium lintas benua untuk berbicara. Isu inilah yang diangkat dalam diskusi The Roadshow to ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) di Jakarta, Rabu (28/7/2023).
Aktris Marcella Zalianty, salah satu pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan, film dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk membangun branding negara. Sebagai contoh, film dan serial drama Korea Selatan telah memperkenalkan budaya Korea kepada dunia.
Budaya dari negeri ginseng tersebut pun menjelma menjadi budaya populer yang berpengaruh hingga memunculkan fenomena Korean Wave. Kondisi ini turut mengangkat perekonomian negara tersebut. Oleh karena itu, kata nominator AIFFA 2013 tersebut, jika film di Indonesia digerakkan dengan benar, maka Indonesia akan menjadi negara yang kuat.
Nah, untuk memajukan perfilman Indonesia, dibutuhkan pembenahan sumber daya manusia (SDM). Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Paggaru mengatakan, sebetulnya saat ini banyak film-film mahasiswa. “Saya sedang mendorong para mahasiswa yang ingin membuat festival sebab kita membutuhkannya,” katanya. Menurutnya, forum ini ditujukan untuk mencari bakat baru. Sehingga industri perfilman dapat semakin bisa maju.
Dukung Generasi Muda
Hal ini pula yang melatarbelakangi Institut Komunikasi dan Bisnis (IKB) LSPR dan ASEAN Public Relations Network (APRN) bekerja sama dengan WorldComm Malaysia mendukung ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2023. AIFFA merupakan acara penghargaan dan festival untuk pembuat film dan bintang film dari kawasan ASEAN. Acara ini diadakan di Kuching, Sarawak, Malaysia setiap dua tahun sekali. AIFFA juga ditunjuk oleh Sekretariat ASEAN sebagai salah satu rangkaian kegiatan ASEAN. Di tahun keenamnya, AIFFA akan berlangsung selama tiga hari pada tanggal 2-4 Agustus 2023 dan dihadiri oleh orang-orang terpilih di industri film.
Dalam rangkaian acara AIFFA ini, untuk pertama kalinya ASEAN SDG University Short Film Competition (ASUS) akan diselenggarakan. ASUS bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam menciptakan kesadaran untuk SDG di kalangan pemuda dari kalangan mahasiswa. Masih di acara yang sama, Direktur Eksekutif AIFFA Jaffri Amin Osman mengatakan anak muda harus membangun kesadaran terhadap SDGs terlebih dahulu sebelum memulai kreativitas mereka di dalam bidang tersebut.
Founder dan CEO IKB Prita Kemal Gani mengatakan ASUS mengadaptasi acara LSPR SDG Film Festival yang diadakan setiap tahun dengan bekerjasama dengan Universitas dari luar negeri seperti DMU University dan Coventry University, UK.
Dalam kesempatan tersebut, aktris senior Yessy Gusman berpesan agar generasi muda selalu semangat dalam menciptakan karya-karya terbaik. “Di era bonus demografi ini, bangsa Indonesia dalam keadaan usia dan pendidikan terbaik, jadi jangan sampai kehilangan kesempatan ini,” katanya.
Aktor senior Slamet Rahardjo mengatakan keaktoran seperti gelas kosong. Sebab aktor ditantang mempelajari dan mendalami karakter yang berbeda dengan dirinya. “Untuk menjadi aktor diperlukan kebesaran hati, keterbukaan pikiran, dan penghormatan kepada orang lain,” pungkasnya. (rvh)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab