Tak Hanya Dikomunikasikan, SDGs Juga Mesti Diimplementasikan

PRINDONESIA.CO | Senin, 31/07/2023 | 1.712
Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), perlu dukungan semua pihak, termasuk para pelaku komunikasi atau public relations (PR).
Dok. International Association of Business Communication (IABC) Indonesia Chapter

Sustainable Development Goals (SDGs) bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dukungan dan implementasi dari semua pihak.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sustainable Development Goals (SDGs) bertujuan mengakhiri kemiskinan, melindungi planet, dan memastikan kehidupan yang makmur bagi semua orang pada 2030.  Untuk mencapai hal tersebut, perlu dukungan semua pihak, termasuk para pelaku komunikasi atau public relations (PR).

Dari latar belakang  tersebut, Internasional Association of Business Communication (IABC) Indonesia Chapter mengadakan agenda IABC Mid-Year Conference 2023 dengan mengangkat tema “Sustainability Today, Legacy for Tomorrow”. Acara yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (14/7/2023), itu menghadirkan sejumlah pembicara baik dari sektor pemerintah, wakil rakyat, korporasi, hingga pendidikan.  

Elvera N Makki, Presiden IABC Indonesia Chapter, dalam sambutannya berharap konferensi yang berlangsung selama sehari penuh tersebut juga dapat menjadi momentum untuk menunjukkan peran strategis public relations (PR). Khususnya, dalam menyampaikan pencapaian pembangunan berkelanjutan. “Karena pada akhirnya, publik juga perlu tahu sejauh mana konsep ini direalisasikan,” ujar perempuan yang juga merupakan founder & CEO VMCS Advisory Indonesia tersebut.

Pernyataan Vera, begitu Elvera karib disapa, diamini oleh Hera F Haryn, EVP Corporate Communication and Social PT Bank Central Asia Tbk (BCA),  yang siang itu didapuk sebagai salah satu pengisi materi diskusi.  

Kepada para peserta, perempuan yang mengawali kariernya di dunia penyiaran ini menyampaikan soal pentingnya PR mengomunikasikan pembangunan berkelanjutan. Tanpa komunikasi, kata Hera, BCA tidak akan bisa meraih kepercayaan publik dan stakeholder. Apalagi, BCA memiliki cukup banyak program SDG. Contoh, program Bakti BCA. Program ini menyasar berbagai sektor seperti edukasi (Bakti Pendidikan), pemberdayaan masyarakat desa (Bakti Bisnis Unggul), serta budaya dan kesehatan (BCA Sinergi).

Tanpa komunikasi, ia melanjutkan, perbankan yang tahun ini menginjak usia ke-66 tahun tersebut tidak akan bisa menjadi bank swasta dengan tingkat kapitalisasi terbesar di Asia Tenggara yang jumlah profitnya mencapai Rp 40,7 triliun pada 2022.

Mantan reporter CNN ini mengatakan, sebagai perusahaan publik, BCA percaya bahwa dalam menjalankan fungsi komunikasi ada dua sikap yang harus dijadikan sebagai pegangan untuk menjaga kepercayaan stakeholder. Pertama, aktif membagikan informasi. Kedua, transparan.

BCA pun merilis laporan berjudul Annual Report & Sustainability Report yang dikeluarkan secara berkala. Menurut Hera, berbagai upaya yang dilakukan merupakan wujud dari komitmen perusahaan yang memegang pesan kunci, always by your side. “Pesan ini tidak hanya kami sampaikan, tapi kami laksanakan dalam kerja-kerja kami,” ujarnya.

Kampus Berkelanjutan

Di pengujung sesi diskusi, Prita Kemal Gani, founder & CEO LSPR Institute of Communication and Business, membagikan pengalamannya dalam menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di sektor pendidikan.

Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) periode 2011-2014 itu mengatakan, selama ini LSPR mengimplementasikan SDGS dengan satu pertimbangan. Yakni, SDGS merupakan salah satu tolok ukur berbagai lembaga pemeringkatan universitas internasional.

Ia memberi contoh, Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings. Ternyata, kata Prita, selain kualitas lulusan dan jumlah riset internasional, QS  juga menjadi pertimbangan aspek upaya kampus dalam menerapkan SDGS untuk menentukan pemeringkatan kampus. Salah satu contoh kampus yang berhasil menerapkan SDGS di Asia Tenggara adalah National University of Singapore (NUS). Kampus ini bertengger di posisi ke-11 dalam pemeringkatan QS.

Berangkat dari hal tersebut, LSPR pun tergerak untuk mengimplementasikan SDGs. Dua di antaranya adalah mengurangi jumlah pemakaian plastik dan berhenti menyediakan rol tisu di toilet kampus.

Dalam waktu dekat, LSPR bahkan akan membangun gedung kampus di Bali yang sepenuhnya bertenaga panel surya. “Kami bekerja sama dengan Panasonic untuk pengadaan panel surya. Insya Allah, akhir tahun depan sudah bisa dimanfaatkan,” imbuhnya.

Sebelum mengakhiri presentasi, Prita berpesan bahwa untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebaliknya, perlu keterlibatan semua pihak. “SDGs juga tidak bisa tercapai kalau hanya dibicarakan terus, melainkan harus dipraktikkan,” pungkasnya. (SGS)