Salah satu kunci keberhasilan enam pilar Transformasi Kesehatan, program prioritas yang diinisasi oleh Kementerian Kesehatan, adalah partisipasi aktif dari humas rumah sakit.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Ketua Umum Perhimpunan Humas Rumah Sakit Indonesia (Perhumasri) Anjari Umarjianto yang menjadi pembicara di webinar Perhumasri Class bertema “Humas dalam Transformasi Kesehatan di Rumah Sakit”, Selasa (6/6/2023), humas rumah sakit turut berperan dalam menyukseskan Transformasi Kesehatan. Hal ini dikarenakan program prioritas yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan tersebut menyentuh seluruh sendi pembangunan kesehatan, termasuk rumah sakit di Indonesia.
Transformasi kesehatan adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Inti dari program ini adalah agar pasien bisa mendapatkan akses serta menikmati layanan kesehatan di tingkat primer sampai tersier.
Adapun enam pilar dari program yang masuk ke dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2020—2024 tersebut meliputi Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan.
“Dunia kesehatan telah mengalami transformasi, maka humas rumah sakit juga harus bertransformasi dari PR konvensional menjadi PR yang adaptif,” katanya di hadapan peserta webinar yang umumnya adalah humas rumah sakit. Humas turut andil mendukung dan menyukseskan program ini. Salah satunya dengan bertransformasi meningkatkan kompetensi dan skill. Hal ini sejalan dengan pilar kelima, yakni Transformasi SDM Kesehatan.
Empat Kompetensi
Untuk mendukung proses transformasi ini, pria yang baru saja dilantik sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan Strategi Layanan RS Kanker Dharmais pada pertengahan Mei 2023 ini merangkum setidaknya ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh humas rumah sakit saat ini. Antara lain, humas harus membangun empati dengan senantiasa mengedepankan unsur empati setiap membuat program komunikasi. “Salah satu cara untuk membangun empati adalah dengan melihat segala sesuatunya dari perspektif atau sudut pandang pasien,” katanya.
Humas juga harus meningkatkan kemampuan copywriting. Menurut Anjari, keterampilan ini berbeda dari cara menulis biasa. Dengan memiliki kompetensi itu, humas akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan kunci, menggerakkan, merayu, bahkan memengaruhi target audiens.
Kompetensi berikutnya adalah meningkatkan kemampuan public speaking. Kemampuan berbicara di depan umum ini merupakan kunci utama untuk menjadi profesional PR. Terutama, dalam membangun relasi. “Humas di rumah sakit berhubungan erat dengan banyak pemangku kepentingan, dari internal sampai eksternal seperti menteri, bahkan presiden,” katanya.
Di era digital seperti sekarang, humas juga wajib memiliki keterampilan untuk menciptakan konten yang menarik dan relevan. Kemampuan ini pada akhirnya dapat berimbas pada meningkatnya reputasi rumah sakit.
Pernyataan tersebut memantik pertanyaan dari salah satu peserta webinar terkait masih adanya pimpinan rumah sakit yang masih belum memahami peran komunikasi. Menanggapi hal itu, Anjari tak memungkiri humas dapat berkontribusi apabila ada dukungan dari pimpinan. Untuk itu, ia menekankan pentingnya memberikan pemahaman kepada mereka. Menurutnya, ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi jarak antara humas dengan pimpinan rumah sakit. (jar)
- BERITA TERKAIT
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab
- Dorong Kecakapan Komunikasi, Kementerian Ekraf Apresiasi Kelas Humas Muda Vol. 2