Upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan perlu dukungan dan sentuhan dari para pelaku komunikasi/public relations (PR).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sektor pariwisata di tanah air memang berangsur pulih pascapandemi COVID-19. Hal ini diakui oleh Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) I Gusti Ayu Dewi Hendriyani saat mengisi seminar dan musyawarah nasional bertema “Peranan Humas Hotel dalam Menghadapi Prospek Pariwisata Indonesia pada 2024” yang diselenggarakan oleh Himpunan Humas Hotel (H3) di Jakarta, Senin (25/9/2023).
Adapun pekerjaan rumah sesungguhnya yang tidak kalah menantang adalah mewujudkan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan. Dewi, begitu ia karib disapa, bahkan sudah merangkum empat tantangan yang mesti dihadapi bangsa ini selama proses merealisasikan upaya tersebut.
Tantangan yang dimaksud meliputi kondisi ekonomi global, perubahan perilaku politik (politic behaviour), ketidakstabilan kondisi politik global, hingga penurunan daya beli. Untuk menghadapi tantangan tersebut, kementerian yang dipimpin oleh Menteri Sandiaga Uno tersebut mendorong seluruh pihak, khususnya stakeholder pentahelix di bidang pariwisata, meliputi unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media, agar fokus berkolaborasi.
Terutama, kata Dewi, berkolaborasi dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan (sustainable tourism) seperti yang diamanahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2022 - 2024.
Empat Pilar
Upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh Kemenparekraf berfokus pada empat pilar. Di antaranya, pengelolaan berkelanjutan, ekonomi berkelanjutan dan jangka panjang, sustainable culture yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta environment sustainability.
Pilar-pilar ini selanjutnya diturunkan ke dalam enam strategi. Antara lain, penerapan rantai pasok dan ekosistem parekraf, peningkatan nilai devisa pariwisata, peningkatan kualitas tenaga kerja pariwisata yang sesuai standar kompetensi, peningkatan pasar tradisional dan pembukaan pasar baru dengan kemudahan perizinan dan perluasan konektivitas.
Strategi berikutnya adalah peningkatan pelaksanaan event dan festival pariwisata yang berskala nasional dan internasional, serta peningkatan daya saing dan daya dukung pariwisata Indonesia di tingkat dunia lewat pemeringkatan dunia oleh World Economic Forum (WEF), yakni Travel & Tourism Development Index (TTDI). Dewi menyadari, upaya Kemenparekraf dalam merealisasikan pariwisata berkelanjutan ini perlu dukungan dan sentuhan dari tangan dingin para pelaku komunikasi/public relations (PR).
Merespons pernyataan Kemenparekraf, Ketua H3 Yulia Maria menguak alasan di balik agenda H3 Summit. Menurutnya, inilah momentum bagi seluruh anggota H3 untuk saling berkolaborasi, berbagi informasi, wawasan terkini, praktik terbaik dan menginspirasi, hingga peluang di industri perhotelan dan pariwisata.
“Mari kita tunjukkan bahwa humas memiliki peran yang vital dalam menjaga reputasi dan citra perhotelan dan pariwisata di Indonesia,” tutur perempuan yang merupakan Director of Marketing & Communication ARTOTEL Group itu. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- 3 Pilar Utama untuk Menjadi Komunikator Hebat
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2