5 Dekade Berkarya, Ini Kunci NS BlueScope Lysaght Indonesia Menjaga Reputasi

PRINDONESIA.CO | Kamis, 12/10/2023 | 1.344
Adrianus Felix, President Director NS BlueScope Lysaght Indonesia, saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Foto BlueScope Lysaght Indonesia

PT NS BlueScope Lysaght Indonesia berkomitmen senantiasa menjaga reputasi dengan terus bertumbuh dan berinovasi hingga 50 tahun ke depan dan seterusnya. Bagaimana strateginya?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Lima puluh tahun bukan usia yang singkat bagi NS BlueScope Lysaght Indonesia untuk turut andil membangun industri konstruksi dan baja lapis di tanah air. Memaknai perjalanan panjang ini, Adrianus Felix, President Director NS BlueScope Lysaght Indonesia, meyakini betapa pentingnya perusahaan mengelola reputasi.

Tanpa upaya itu, kata Felix di hadapan para pewarta di Jakarta, Rabu (11/10/2023), mustahil bagi perusahaan yang berkantor pusat di Australia tersebut selalu mendapat tempat dan kepercayaan di hati publik, khususnya pelanggan, hingga di usia emas.

Lantas bagaimana strategi BlueScope Lysaght Indonesia dalam menjaga reputasinya selama ini? Felix menjawab, kuncinya terletak pada inovasi. Menurutnya, inovasi adalah faktor utama yang membuat perusahaan ini dapat bertahan hingga setengah abad lamanya. “Inovasi dan kualitas adalah bentuk komitmen kami untuk selalu berupaya memberikan solusi terbaik bagi pelanggan,” katanya. Ia melanjutkan, “Kami juga bertekad untuk menjadi pionir dan pemimpin pasar di industri.”

Memenuhi Janji

Strategi berikutnya, menurut Felix, adalah komitmen mereka untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan stakeholder. Adapun stakeholder yang dimaksud adalah pemilik (owner), kontraktor, dan konsultan. Dalam menjalankan bisnis, perusahaan yang bergerak di industri konstruksi dan bahan bangunan itu berprinsip tidak sekadar menjual produk. Lebih dari itu, menjual janji berupa solusi kepada para pemangku kepentingan.

Ia juga memastikan bahwa produk yang dijual oleh BlueScope Lysaght Indonesia sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pelanggan. Langkah itu, katanya, dilakukan dengan cara selalu memantau setiap proses mulai dari pra-penjualan hingga purnajual. Dengan kesungguhan itu, pelanggan dapat merasakan perusahaan memiliki usaha untuk memenuhi janjinya.

Mereka juga selalu memastikan kepuasan pelanggan. Menurutnya, menjaga kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kepercayaan publik. Ketika ada keluhan, misalnya, kecepatan dan ketepatan dalam mengelola permasalahan menjadi penting. Apalagi jika perusahaan mampu menyelesaikan keluhan tersebut dengan baik.  

Namun, kata pria lulusan Teknik Mesin dari Universitas Katolik Parahyangan ini, upaya menjaga dan mengelola reputasi ini tidak bisa hanya berfokus pada pelanggan, tapi juga kepada kontraktor sebagai mitra perusahaan. “Kualitas produk tentu penting, namun proses pemasangan juga harus tetap terjaga. Jika tidak, itu artinya maka pesan atau nilai produk tidak akan tersampaikan,” imbuhnya.

Faktor berikutnya yang tak kalah penting dalam menjaga reputasi adalah karyawan. Menurutnya, karyawan adalah aset perusahaan yang tak ternilai yang selama ini sudah bekerja tanpa lelah menjaga kualitas. Pada akhirnya, Felix berkesimpulan, upaya menjaga reputasi ini merupakan perjalanan panjang yang berkelanjutan. (jar)