Respons Cepat Pertamina Hadapi Krisis Depo Pertamina Plumpang

PRINDONESIA.CO | Rabu, 08/11/2023 | 1.617
Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), mengungkapkan salah satu kunci melewati krisis adalah kecepatan merespons.
Foto Pertamina

Penanganan krisis kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada 3 Maret 2023 menjadi bukti betapa pentingnya kecepatan dalam merespons dan kehadiran. Demikian menurut Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero).

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Masih ingat dengan peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta yang terjadi pada Jumat malam (3/3/2023)? Bagi VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso, peristiwa ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Pasalnya, pria yang sebelumnya merupakan PR Manager di Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden ini baru sebulan bergabung dengan perusahaan pelat merah tersebut.

Secara eksklusif kepada PR INDONESIA, Jumat, 20 Oktober 2023, Fadjar berbagi pengalaman saat melewati masa-masa sulit tersebut. Fadjar ingat betul, pada saat kejadian, ia baru saja tiba di rumah. Tanpa perlu berpikir panjang, ia langsung bergegas ke lokasi kejadian. Setelah mengumpulkan berbagai data dan fakta di lapangan, masih dalam perjalanan, ia melakukan siaran langsung dengan stasiun televisi dari mobil.

Melalui kisahnya ini, Fadjar ingin menekankan bahwa pentingnya kecepatan merespons saat berhadapan dengan krisis. “Saat krisis, PR tidak boleh menghilang karena dia adalah garda terdepan dari korporasi,” ujarnya.

Telat merespons, sambung Fadjar, juga akan memberikan dampak negatif bagi organisasi. Sebab, pemberitaan akan sangat mungkin diisi oleh orang lain yang belum tentu dapat memberikan informasi dengan tepat. “Apalagi saat ini kita berada di dunia  yang serba digital. Informasi dalam bentuk apa pun bisa diakses 24 jam nonstop,” katanya sembari sekali lagi menegaskan agar tidak memberikan ruang-ruang kosong kepada pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Setibanya di lokasi kejadian, pria lulusan Ilmu Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut, segera melakukan aktivitas sesuai standard operating prosedure (SOP) krisis Pertamina. Salah satunya, melakukan rapat dengan pihak-pihak terkait seperti Health, Safety, Security & Environment (HSSE). Tujuannya, untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif untuk disebarkan kepada publik pada esok hari.

Dari hasil rapat tersebut, mereka sepakat menetapkan beberapa pesan kunci. Di antaranya, kejadian tersebut tidak memengaruhi operasional terminal Bahan Bakar Minyak (BBM). Serta, masyarakat tidak perlu panik karena Pertamina menjamin pasokan BBM tetap aman.

Masih merujuk pada SOP, pada saat krisis Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati ditunjuk sebagai juru bicara. Di masa itu pula, Pertamina mengedepankan sikap tanggung jawab kepada para korban dengan menanggung semua biaya pengobatan.

Faktor berikutnya yang paling menentukan saat berhadapan dengan krisis, menurut Fadjar, adalah kehadiran. Pada saat itu, Dirut Pertamina segera mengunjungi korban yang mendapat perawatan di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP). Termasuk menemui langsung para pengungsi Plumpang. “Dengan upaya ini, Pertamina ingin memberikan kesan positif bahwa kami bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut,” katanya.

Hasilnya, Fadjar mengklaim, Pertamina berhasil menghadapi krisis Depo BBM Plumpang dalam sehari. Hal ini ditunjukkan dari tren pemberitaan dari yang awalnya negatif menjadi positif hanya dalam satu hari. (jar)