Turnamen Futsal, Cara Informal Indonesia Re Perkuat “Stakeholder Relations”

PRINDONESIA.CO | Rabu, 04/06/2025
turnamen futsal “Indonesia Re Unity Cup”, Minggu (25/5/2025), di ANFA Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
doc/antara

Menurut Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat, adanya ruang komunikasi nonformal seperti turnamen futsal ini menjadi hal penting dalam memperkuat jejaring kerja lintas institusi dan menciptakan suasana yang lebih terbuka, komunikatif, dan produktif.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Upaya membangun hubungan baik dengan pemangku kepentingan (stakeholder relations) tidak selalu harus digencarkan lewat ruang formal. Hal tersebut yang coba dibuktikan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, melalui turnamen futsal “Indonesia Re Unity Cup”, Minggu (25/5/2025), di ANFA Arena, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat mengatakan, lewat turnamen ini pihaknya ingin membangun komunikasi informal yang menyenangkan, guna mempererat interaksi sekaligus memperkuat sinergi antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan para stakeholder. “Tahun ini turnamen futsal berhasil diikuti 16 tim, lebih banyak dan beragam dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya dikutip dari Tribunnews.com, Senin (26/5/2025).

Delil menyampaikan, peserta pada turnamen kali ini datang tidak hanya dari sektor BUMN, tetapi juga dari kementerian hingga lembaga negara seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Kejaksaan Agung.

Lebih lanjut ia menjelaskan, turnamen kali ini lebih dari sekadar kompetisi, karena dapat membuka ruang kepercayaan sehingga komunikasi dengan regulator lebih cair. “Di satu sisi kita bisa kompetitif. Namun, di sisi lain kita juga perlu menjalin hubungan yang harmonis dan produktif. Hubungan yang baik bisa membuat semua proses lebih efektif,” jelasnya. 

“Stakeholder Relations”

Mengutip dari jurnal berjudul Strategi Humas Dalam Menjalin Good Relationship Dengan External Stakeholders UAD  (2016) karya Dewi dan Choirul, setiap organisasi maupun institusi sejatinya memang harus memiliki strategi khusus untuk menjalin komunikasi dengan para stakeholder eksternal, utamanya pemerintah selaku regulator.

Namun, tulis jurnal tersebut, membangun hubungan dengan stakeholder eksternal sebaiknya tidak hanya diupayakan melalui lobi atau negosiasi formal semata, tetapi juga lewat pendekatan program yang lebih humanis guna memperoleh dukungan lebih kuat.

Dalam konteks ini, inisiatif yang dihadirkan Indonesia Re agaknya dapat menjadi contoh bagaimana organisasi mengedepankan pendekatan humanis dalam mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan. (eda)