Program magang hijau diharapkan mampu menarik minat dan dukungan Generasi Z dalam mencapai net zero emission (NZE).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Generasi Z berperan penting dalam pencapaian target nol emisi bersih (net zero emission/NZE), isu yang kini menjadi agenda prioritas di seluruh dunia sebagai upaya untuk mengatasi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Sementara, dikutip dari edie.net, Selasa (21/11/2023), diketahui hanya 15 persen Gen Z yang mempertimbangkan manfaat bagi lingkungan sebagai faktor penting sebagai pilihan karier. Sementara 60 persen lainnya lebih memprioritaskan pekerjaan yang mereka sukai dan bergaji tinggi.
Padahal menurut MCS Foundation, badan amal energi terbarukan independen yang berbasis di Inggris, diperlukan anak muda berusia 15 - 25 tahun untuk memasuki angkatan kerja hijau guna memenuhi target instalasi energi terbarukan yang ditetapkan untuk tahun 2030.
Salah satu upaya untuk melibatkan Gen Z adalah dengan melakukan program magang yang dikenal dengan magang hijau. Laporan terbaru MCS Foundation menunjukkan magang hijau berperan vital untuk mewujudkan transisi net zero. Kendati mesti dibarengi dengan upaya promosi yang lebih baik kepada Gen Z.
“Kita perlu bergerak melampaui sistem yang menganggap universitas sebagai satu-satunya jalan bagi lulusan sekolah yang bercita-cita tinggi,” kata Research & Campaign Manager MCS Foundation oleh Richard Hauxwell-Baldwin.
Lebih dari itu, ia melanjutkan, perlu ada upaya untuk menunjukkan bahwa magang dapat memberikan kesempatan kerja dan pembelajaran yang menyenangkan bagi generasi muda, menghasilkan banyak uang, dan mewujudkan nilai-nilai lingkungan yang keberlanjutan.
Pahami Karakter
Pernyataan Baldwin sejalan dengan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak. Menurut pria yang ditemui PR INDONESIA di sesi konferensi yang diadakan oleh International Association of Business Communication (IABC) Indonesia, di Jakarta, Jumat (14/7/2023), untuk dapat menarik minat dan dukungan Gen Z dalam upaya keberlanjutan memerlukan sentuhan khusus. Salah satunya dengan memahami karakter mereka terlebih dulu. “Gen Z memiliki karakter yang mengutamakan kenyamanan,” katanya.
Dalam konteks di Jawa Timur, misalnya, Emil menyebut bahwa Pemprov Jawa Timur melakukan pendekatan melalui penggunaan teknologi yang mampu memberikan kenyamanan sekaligus berkontribusi mengurangi emisi karbon. Salah satunya lewat program Smart City.
Namun, mantan Bupati Trenggalek ini mengatakan, karakter Gen Z tidak bisa disamaratakan di tiap daerah, mengingat perbedaan nilai-nilai yang dianut. Oleh karenanya, lanjut Emil, untuk mengomunikasikan isu keberlanjutan, tak bisa hanya berpatokan pada tren global, melainkan juga mengedepankan kearifan lokal (local wisdom). Misalnya, dengan menggandeng influencer hyperlocal.
Influencer hyperlocal adalah orang yang memiliki pengaruh mengakar di komunitasnya. Menurutnya, makin banyak tokoh hyperlocal, makin bervariasi pula Gen Z yang dapat dirangkul. Sehingga, juga akan makin terkostumisasi pesan yang mesti dirancang dan disampaikan oleh praktisi public relations (PR) atau praktisi komunikasi. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- Unilever Indonesia Tegaskan Urgensi Penerapan Pertanian Regeneratif
- Mengurai Miskonsepsi dan Tantangan Praktik CSR Terkini
- Berkomitmen Terhadap Keberlanjutan Lingkungan, Pelita Air Tanam 10 Ribu Pohon dan Lakukan Penerbangan Hijau
- Pizza Hut Delivery Fasilitasi Kecenderungan Pelanggan dengan Prinsip Ramah Lingkungan
- LSPR Institute Beri Wadah Berkarya Anak Berkebutuhan Khusus