Kasus perselingkuhan oknum pilot dan pramugari PT Citiliink Indonesia menjadi alarm krisis bisa terjadi dari mana saja. Bagaimana cara meresponsnya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Apa yang melanda PT Citilink Indonesia membuktikan bahwa krisis tidak selalu disebabkan faktor eksternal, tetapi juga bisa karena faktor internal. Reputasi anak perusahaan Garuda Indonesia tersebut baru-baru ini menjadi taruhan akibat kasus perselingkuhan oknum pilot dan pramugari di media sosial.
Kasus perselingkuhan ini viral diawali istri sah sang oknum pilot, Ira Nanda, yang mengunggah bukti chat perselingkuhan suaminya, Elmer Syaherman, melalui Instagram Stories @iranndha. Kasus makin menjadi perhatian setelah diketahui bahwa selingkuhan pilot tersebut adalah pramugari di maskapai yang sama.
Hingga berita ini diturunkan, Rabu (3/12/2023), kolom komentar akun Instagram Citilink masih diserbu netizen. Salah satu warganet dengan akun @hi_my_name_ menyerukan aksi untuk tidak menaiki maskapai yang didirikan tahun 2001 itu. Bahkan, banyak netizen meminta untuk memecat kedua oknum tersebut.
Citilink pun merespons cepat viralnya kasus perselingkuhan yang merugikan reputasi perusahaan tersebut. Melansir finance.detik.com, Head of Corporate Secretary & CSR Division PT Citilink Indonesia Haza Ibnu Rasyad mengatakan bahwa perusahaan telah memanggil pilot dan pramugari yang diduga terlibat perselingkuhan untuk dimintai keterangan.
Selanjutnya, maskapai telah memberikan sanksi dengan tidak mengizinkan keduanya bertugas atau terbang.
"Sementara ini, manajemen tidak memberikan tugas terbang kepada keduanya selama proses pemeriksaan berlangsung untuk menjaga profesionalisme dalam bekerja," ungkapnya.
Haza menambahkan bahwa pihaknya saat ini masih melakukan investigasi. Hasil dari investigasi ini akan diolah oleh Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani aspek kepegawaian dan akan disesuaikan dengan aturan perusahaan serta ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Lima Langkah
Dilansir dari Majalah PR INDONESIA Edisi 90/September 2022, CEO & Principal Consultant Kiroyan Partners Verlyana Hitipeuw, berpendapat bahwa tidak ada satu organisasi pun yang kebal terhadap krisis. Namun, melalui peran PR sebuah organisasi dapat mengurangi risikonya. Pelajaran utama yang bisa diambil dari kasus yang melibatkan Citilink adalah penanganan krisis dan pengelolaan reputasi pasca-krisis.
Perempuan yang kerap disapsa Veve itu menjelaskan bahwa terdapat lima langkah yang dapat dilakukan dengan cepat untuk menangani krisis dan memulihkan reputasi. Pertama, penting untuk menyampaikan kejadian sesuai fakta kepada publik. Informasi yang disampaikan harus mencakup pertanyaan-pertanyaan dasar seperti what, when, where, who, why, dan how (5W+1H).
Kedua, penting untuk menyampaikan informasi secara transparan dan terkini. Juru bicara yang ditunjuk perlu mengungkapkan penyebab kejadian, termasuk memberi tahu publik jika proses investigasi masih berlangsung.
Ketiga, apabila terbukti bersalah, organisasi harus mengakui kesalahan tersebut. Keempat, informasikan perkembangan dan tindakan yang diambil organisasi terhadap pelaku dan korban. Pada tahap ini, organisasi dapat membuktikan kesungguhannya melalui kinerja dan respons mereka.
Kelima sekaligus terakhir, penting untuk mengkomunikasikan komitmen dan upaya perusahaan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Menurutnya, komitmen ini perlu diwujudkan secara nyata agar tidak menimbulkan krisis baru.
Jadi, menurut Sobat PR, sudah tepatkah langkah yang dilakukan oleh Citilink Indonesia? (jar)
- BERITA TERKAIT
- Penggawa Corporate Communication MIND ID Selly Adriatika Raih Trofi CSA 2024
- Grup MIND ID Realisasikan Program Peningkatan Kualitas Pendidikan
- Inovasi BIG MIND Hadirkan Dampak Positif Penguatan Kinerja
- Grup MIND ID Hadirkan Masa Depan Pertambangan di D Futuro Futurist Summit 2024
- Kompetisi MediaMIND 2024: Mendukung Hilirisasi Menuju Indonesia Emas 2045