“Golden Hour” dalam Krisis, Belajar dari Kasus Dugaan Pelecehan Oleh Rektor UNM

PRINDONESIA.CO | Kamis, 28/08/2025
Universitas Negeri Malang (UNM)
doc/Brandolf D

Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya manajemen komunikasi krisis. Ketika seorang pemimpin perusahaan atau institusi tersandung masalah serius, ada beberapa tahapan dan strategi yang perlu dipatuhi agar krisis tidak menjalar dan meruntuhkan citra maupun reputasi institusi.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dugaan pelecehan seksual oleh Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Karta Jayadi terhadap salah seorang dosen sempat ramai di media sosial. Dalam kasus ini, sorotan diarahkan publik tidak hanya pada sang rektor, tetapi juga pada institusi pendidikan yang ia pimpin. Menanggapinya, Karta pun memberikan klarifikasi secara terbuka.

Dalam keterangannya, Karta mengatakan, tuduhan yang dialamatkan kepadanya tidak benar. Ia mengeklaim, tudingan tersebut muncul karena adanya kekecewaan salah seorang pihak setelah dirinya melakukan perombakan jabatan di lingkungan kampus pada Selasa (19/8/2025). “Padahal komunikasi kami selama ini biasa saja, tidak pernah ada hal-hal yang keluar dari konteks pekerjaan kampus,” ujarnya menjelaskan hubungan dengan terduga korban dalam keterangan resminya dikutip dari Antara News, Jumat (22/8/2025).

Terkait ajakan ke hotel yang menjadi persoalan, Karta menyebut itu sebagai saran biasa tanpa ada maksud apa-apa. Dalam konteks ini, katanya, hotel yang dimaksud merupakan lokasi kegiatan kampus yang memiliki fasilitas kafe dan bisa digunakan untuk menunggu. Sementara itu pada saat yang sama, terduga korban juga mengaku pernah menerima pesan WhatsApp bernuansa tidak pantas dalam kurun waktu 2022-2024.

Melihat dinamika isu, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Hasanudin Prof. Hasrullah mengatakan, publik sebaiknya menahan diri untuk tidak tergesa-gesa memberikan vonis berdasarkan potongan konten yang beredar. Ia mewanti-wanti, potensi “pembunuhan karakter” sekaligus risiko pelanggaran Undang-Undang ITE yang merusak nama baik pribadi maupun institusi pendidikan. “Media sosial itu bagaikan peluru panas. Sekali diluncurkan, susah untuk ditarik kembali. Kalau tidak sesuai fakta, jangan disebarkan,” ucapnya.

Manajemen Komunikasi Krisis

Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya manajemen komunikasi krisis. Ketika seorang pemimpin perusahaan atau institusi tersandung masalah serius, ada beberapa tahapan dan strategi yang perlu dipatuhi agar krisis tidak menjalar dan meruntuhkan citra maupun reputasi institusi.

Dalam konteks ini, founder Reputation Architects Jon Goldberg berpendapat, pemahaman akan golden hour menjadi sangat penting untuk mengendalikan narasi. Menurutnya, respons awal yang diambil ketika tersangkut krisis tidak selalu harus berupa klarifikasi panjang. Terpenting, katanya, adalah menunjukkan kesadaran organisasi terhadap isu, dengan menegaskan bahwa investigasi tengah dilakukan untuk mengusut kasus.

Selain itu, penting juga untuk mengedepankan prinsip transparansi dan empati. Dalam konteks dugaan pelecehan oleh Rektor UNM, implementasi prinsip ini mencakup penghormatan terhadap pelapor, kepatuhan pada proses hukum yang adil, serta sikap hati-hati dalam menyampaikan pesan ke publik.

Di samping itu, sebagaimana pernah disampaikan oleh founder & Principal Consultant NAGARU Communication Dian Agustine Nuriman, dalam menghadapi krisis perlu adanya sense of heart, alias kemampuan berkomunikasi dengan hati dan penuh empati. “Raut wajah, cara bicara, hingga pakaian yang dikenakan saat hadir di lokasi krisis sangat berpengaruh, dan memiliki makna simbolik yang sangat penting,” ujarnya. (EDA)