Narasi Sebagai Kunci Komunikasi yang Bernilai

PRINDONESIA.CO | Selasa, 16/09/2025
Ilustrasi storytelling dalam dunia PR
doc/shutterstock

Praktisi komunikasi senior sekaligus Dewan Penasihat Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Kandi Windoe menekankan pentingnya narasi sebagai kerangka dalam membentuk persepsi publik, membangun kepercayaan, dan menggerakan orang.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kekuatan narasi kian menjadi pegangan banyak praktisi komunikasi di tengah kompleksitas dunia hari ini. Hal ini juga diamini oleh praktisi komunikasi senior sekaligus Dewan Penasihat Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia Kandi Windoe, yang memandang narasi lebih dari sekadar rangkaian kata indah atau jargon.

Bagi Kandi, narasi adalah kerangka besar yang membentuk persepsi publik, mempersatukan, memberikan makna, membangun kepercayaan dan menggerakkan orang. ““Komunikasi itu bukan hanya publikasi di media sosial. Yang lebih penting adalah narasi. Narasi itulah yang bisa mempersatukan, memberi makna, dan menggerakkan orang,” ujarnya dikutip dari laman resmi perhumas.or.id, Selasa (26/8/2025).

Pandangan Kandi tersebut sangat relevan bagi praktik public relations (PR) kiwari yang tidak lagi sebatas menyebarkan informasi, tetapi juga merangkai narasi besar demi citra dan reputasi organisasi. Namun, tegas Kandi, dalam konteks ini narasi yang dibangun tidak boleh berhenti pada tataran wacana tanpa tindakan nyata. “Narasi tanpa aksi hanya akan dilihat sebagai pencitraan. Program nyata yang berdampak menjadikannya otentik dan membangun reputasi positif,” lanjutnya.

Adapun di Perhumas, lanjut Kandi, setiap anggota sejak lama telah didorong untuk membangun komunikasi yang berintegritas, kredibel, dan berdampak, dengan mengedepankan narasi dalam membangun reputasi bangsa. Salah satu implementasinya melalui kampanye Indonesia Bicara Baik.

Dalam kesempatan terspisah, pendiri sekaligus CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan sempat pula menegaskan, praktisi PR hari ini sebagai pendongeng dalam organisasi dapat mengorkestrasi persepsi positif publik melalui kerja komunikasi yang terstruktur, masif, dan sistematis. “Maka, praktisi PR harus memiliki banyak dokumentasi bahan-bahan cerita yang bisa disampaikan kepada publik. Mulai sekarang gali keautentikan perusahaan, fakta-fakta perusahaan,” pesannya dalam webinar bertajuk Peran Strategis Humas & Dampaknya bagi Keberlanjutan Bisnis Perusahaan, Selasa (18/3/2025).

“Storytelling”

Merujuk penelitian berjudul The Power of Storytelling in Public Relations (2023) karya Allison, terungkap bahwa storytelling memang merupakan alat strategis dalam kinerja praktisi PR era modern. Menurut Allison, komunikasi yang dibingkai dalam narasi dengan alur menarik dapat memikat perhatian dan memberikan pemahaman kepada audiens. Sementara narasi yang menyentuh sisi manusiawi terutama dalam menghadapi tantangan, menyampaikan nilai atau memperlihatkan tindakan nyata, tambahnya, akan menunjukkan keaslian yang sangat berharga bagi audiens.

Menambahkan itu, Content Writer Ethan Rome dalam tulisannya di laman agilitypr.com, Senin (9/9/2024), mengatakan, storytelling yang autentik jauh lebih efektif memikat audiens daripada sekadar suguhan konten informasi. “Dengan menciptakan narasi autentik yang sesuai dengan nilai dan emosi audiens, maka Praktisi PR turut membantu brand atau perusahaan untuk bertahan dan berkembang dalam lingkungan kompetitif saat ini,” ucapnya. (EDA)