HOME » EVENT » PRIA

Mengapa Komunikasi Internal Penting?

PRINDONESIA.CO | Rabu, 06/03/2024 | 8.513
Santi Djiwandono, Internal Communication Specialist PT Alaksir Cipta Aksara, pada sesi workshop The 9th PR INDONESIA Award (PRIA) 2024, Rabu (6/3/2024).
Freandy/PR INDONESIA

Komunikasi internal sering kali luput dari perhatian. Padahal, aspek ini memiliki peran vital karena berhubungan langsung dengan aset utama organisasi. 

BALI, PRINDONESIA.CO – Di tengah gencarnya fokus pada komunikasi eksternal, sering kali peran penting komunikasi internal luput dari perhatian. Padahal, aspek ini ibarat fondasi yang menopang kemajuan organisasi.

Hal ini ditegaskan Santi Djiwandono, Internal Communication Specialist PT Alaksir Cipta Aksara, dalam sesi workshop The 9th PR INDONESIA Award (PRIA) 2024 di Bali, Rabu (6/3/2024).

Menurutnya, komunikasi internal memiliki peran vital karena berhubungan dengan aset utama organisasi, yaitu sumber daya manusia (SDM). “Baik buruknya komunikasi internal akan berdampak pada kemajuan organisasi,” kata Santi.

Namun, Santi menuturkan, masih banyak organisasi yang belum menyadari peran penting komunikasi internal. “Di Indonesia, hal ini masih tertinggal cukup jauh," ujar perempuan yang juga merupakan founder Djiwandono Learning Resources.

Kondisi ini diamini oleh Ridwan Firdinata, peserta dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia mengaku masih menemukan stakeholder birokrasi yang tidak memahami visi besar gubernur, sehingga instansi secara keseluruhan tidak berjalan searah.

Menanggapi hal tersebut, Santi menekankan pentingnya peningkatan kompetensi dan kapasitas praktisi humas/public relations (PR). Posisi yang tepat dalam menjalankan fungsinya juga menjadi faktor penting untuk memastikan komunikasi internal yang efektif.  

Akselerasi Organisasi

Sejalan dengan itu, alumnus LSPR Communication and Business Institute ini mengimbau agar setiap organisasi memiliki tim yang fokus mengelola strategi komunikasi internal. Tim ini bertanggung jawab untuk menarasikan visi besar organisasi, atau "set the tone", yang menjadi landasan bagi seluruh karyawan.

Menurut Santi, tone ini hanya dapat dibangun melalui komunikasi yang proaktif, jujur, dan terbuka. Dalam konteks ini, komunikasi tidak muncul dengan sendirinya. Pimpinan organisasi harus mampu mengedepankan simpati dan etika dalam memahami karyawannya, serta membangun harapan dan kejujuran dengan menyampaikan informasi yang akurat secara berkala.

Komunikasi internal yang baik juga dapat membentuk budaya organisasi. Budaya organisasi yang positif akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik dan mencapai tujuan bersama.

Perempuan yang sebelumnya pernah berkarier di PT HM Sampoerna Tbk. itu menambahkan, dalam membangun komunikasi internal yang baik, PR harus secara aktif melibatkan seluruh karyawan. Hal ini dapat dilakukan melalui survei, focus group discussion (FGD), atau town hall meeting. Dengan melibatkan karyawan, organisasi dapat mengetahui kebutuhan dan aspirasi mereka, sehingga dapat merumuskan kebijakan yang tepat dan efektif.

Santi menarik kesimpulan, melalui komunikasi internal yang kuat, organisasi diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan, mencapai tujuan bersama, dan mempercepat akselerasi organisasi. (dlw)