Mengatasi Tantangan Tentang Data dalam Praktik PR dengan “Purposive Driven”

PRINDONESIA.CO | Selasa, 25/11/2025
Head of Corporate Communication Chandra Asri Group Chrysanti Tarigan dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) IPRAHUMAS Mayrianti Annisa Anwar dalam acara Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 4, di Bart Artotel Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/11/2025).
doc/PR INDONESIA

Menurut Head of Corporate Communication Chandra Asri Group Chrysanti Tarigan, dengan adanya landasan tujuan yang jelas, maka data akan membantu menunjukkan arah dukungan ataupun penolakan dalam strategi perusahaan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO –   Kekinian data telah menjadi kompas bagi para praktisi public relations (PR) dalam merumuskan berbagai strategi komunikasi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua data tersedia ataupun relevan dengan kebutuhan organisasi. Hal tersebut praktis menjadi salah satu tantangan baru dalam praktik komunikasi.

Sebagaimana disampaikan Head of Corporate Communication Chandra Asri Group Chrysanti Tarigan, data kerap kali menjadi sesuatu yang tricky. Dalam konteks ini, terangnya, sering kali apa yang diinginkan dari dari data tidak selalu sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan.

Perempuan yang karib disapa Santi itu pun menjelaskan, kunci utama dalam mengatasi hal tersebut adalah menjadikan data sebagai purposive driven. Namun, terangnya, praktisi PR harus memahami terlebih dahulu tujuan dari data yang dikumpulkan. “Dengan adanya landasan tujuan yang jelas, maka data akan membantu menunjukkan arah dukungan ataupun penolakan dalam strategi perusahaan,” jelasnya dalam acara Kelas Humas Muda (KHM) Vol. 4, di Bart Artotel Thamrin, Jakarta, Sabtu (22/11/2025).

Menjawab pertanyaan dari salah satu peserta yang berasal dari Kementerian Agama Republik Indonesia mengenai kemungkinan data sebagai pemicu keputusan yang salah, Santi menegaskan, masalah dalam persoalan tersebut bukan terletak pada datanya. Menurutnya, ketika data menunjukkan hasil yang berbeda dari ekspektasi awal, maka strateginya lah yang harus diubah dan disesuaikan.

Kompetensi Mutlak

Seakan melengkapi pandangan Santi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) IPRAHUMAS Mayrianti Annisa Anwar menegaskan, praktik PR hari ini tidak hanya soal membangun relations (hubungan), tetapi juga bekerja berbasis evidence (bukti). Oleh karena itu, katanya, kemampuan memanfaatkan data sudah harus menjadi kompetensi PR yang tidak bisa ditawar lagi. “Kini, praktisi PR dituntut untuk lihai dengan data,” tegasnya.

Selaras dengan keduanya, laporan Public Relations and Communications Association (PRCA) berjudul Data Literacy In Public Relations mengungkap, literasi data memang menjadi fondasi penting bagi praktisi PR hari ini. Dalam konteks ini, data digunakan tidak hanya untuk menyusun strategi, tetapi juga pengambilan keputusan, kreativitas konten, eksekusi program,  hingga pengukuran hasil. (EDA)