Membuat Strategi Komunikasi untuk Gen Z

PRINDONESIA.CO | Rabu, 01/05/2024 | 1.131
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memilih fokus untuk melakukan penguatan kemitraan bersama generasi muda dengan meluncurkan program “BPOM Goes to Campus”.
Foto BPOM

Praktisi public relations (PR) harus memahami cara memanfaatkan pengaruh yang dapat diciptakan oleh Gen Z, sekaligus membantu mereka mengembangkan potensinya. Sebab, generasi tersebut memiliki nilai yang lebih dari sekadar konsumen di masa depan.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kehidupan sosial saat ini banyak dipengaruhi oleh Generasi Z (Gen Z) dan milenial. Hal ini wajar karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Gen Z mendominasi populasi Indonesia dengan 27,94 persen (sekitar 74,93 juta jiwa), diikuti oleh milenial dengan 25,87 persen (sekitar 69,38 juta jiwa).

Data di atas menunjukkan bahwa Generasi Z (usia 12-27 tahun) dan milenial (usia 28-43 tahun) memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Suara dan pendapat mereka didengar dan dihargai oleh banyak pihak, termasuk pelaku bisnis.

Khusus Gen Z, pelaku bisnis memandang mereka sebagai konsumen masa depan. Generasi yang dikenal aktif di media sosial ini juga dapat membantu meningkatkan reputasi perusahaan, termasuk dalam hal meningkatkan keberlanjutan perusahaan. Dilansir dari situs World Economic Forum, weforum.org, 18 Maret 2022, disebutkan bahwa Gen Z dikenal sebagai generasi yang peduli dengan isu sosial dan lingkungan.

Hal inilah yang mendorong korporasi dan praktisi komunikasi mulai mengarahkan fokus utamanya untuk membuat program dan strategi yang khusus dirancang untuk menarik perhatian generasi muda. Terlebih lagi, dikutip dari artikel berjudul The Future of Consumer Behaviour in the Age of Gen Z yang ditayangkan oleh mintel.com, 13 Juni 2023, diketahui Gen Z dikenal memiliki kebiasaan dan preferensi yang berbeda dengan generasi sebelumnya.