Sesi talkshow dan foto bersama dalam diskusi bertema “Refill Station: Berdayakan UMKM, Dorong Gaya Hidup Belanja Ramah Lingkungan”, Selasa (11/6/2024).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO –Meski berbagai upaya penganggulangan terus digencarkan, tetapi sampah plastik di tanah air masih saja menjadi persoalan. Pada tahun 2023, Indonesia tercatat menghasilkan total 19,5 juta ton sampah, dan sebanyak 3,6 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik. Kondisi tersebut mendorong sejumlah pihak untuk meningkatkan fokus penanganan. Salah satunya Unilever Indonesia.
Bersama dengan start-up penyedia sistem guna ulang Alner dan EY lewat dukungan Kantor Luar Negeri Persemakmuran dan Pembangunan Inggris, Unilever melalui Project TRANSFORM-Alner selama satu tahun terakhir berhasil memberdayakan 675 UMKM untuk menyebarkan gaya hidup belanja isi ulang (refill), mengurangi 4.412 kilogram kemasan plastik baru, dan meningkatkan pendapatan pelaku isi ulang.
Dalam diskusi bertajuk “Refill Station: Berdayakan UMKM, Dorong Gaya Hidup Belanja Ramah Lingkungan”, Selasa (11/6/2024), Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi mengatakan, melalui proyek tersebut pihaknya sebagai produsen mulai berfokus pada prinsip ekonomi sirkular. “Kerangka kerja seluruh strategi kami adalah mengurangi plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, dan tanpa plastik,” ujarnya.
Menyambung Maya, Chief Commercial Officer Alner Renata Felichiko mengatakan, dalam proyek tersebut mereka memposisikan masyarakat sebagai konsumen sekaligus mitra yang menyediakan fasilitas isi ulang (refill). Pendekatan tersebut dianggap penting, mengingat 70 persen produk di Indonesia dibeli melalui saluran konvensional seperti warung. “Kini semakin banyak Bank Sampah berbasis komunitas mulai memasuki ekosistem refill sebagai pengecer dan pengumpul sistem guna ulang,” ujarnya.
Mendukung program tersebut, Kasubdit Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah, dan B3 KLHK RI Ujang Solihin Sidik menyatakan, sistem isi ulang adalah inovasi yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mencegah sampah plastik dari hulu. Menurutnya, sistem ini memiliki potensi untuk berkembang, dan patut menjadi model bisnis baru guna mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Tantangan Menghadang
Lebih lanjut Maya menjelaskan, menciptakan kebiasaan baru merupakan tantangan terbesar dalam proyek tersebut. Misalnya, upaya membentuk mindset konsumen soal belanja tanpa kemasan, masih terbentur dengan pemahaman masyarakat yang masih memilih kemasan sachet/pouch karena dianggap murah dan praktis. Sebagaian besar konsumen juga menilai membawa wadah isi ulang sebagai suatu hal yang merepotkan.
Untuk itu, kata Maya, Project TRANSFORM-Alner juga aktif melakukan edukasi mengenai keunggulan refill, seperti melalui kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk program “Gerakan Guna Ulang Jakarta” yang dicetuskan Enviu dan Dietplastik. Program ini bertujuan mengenalkan budaya isi ulang ke masyarakat dan melakukan transaksi di bank sampah. “Terbukti, konsumen yang sudah mencoba menggunakan sistem refill akan terus menjalankan kebiasan tersebut tanpa terbebani,” imbuhnya.
Maya menandaskan, pencapaian Project TRANSFORM-Alner sejauh ini akan terus ditingkatkan. Misalnya, dalam satu tahun ke depan program refill Unilever Indonesia yang telah mencapai 817 titik di area Jabodetabek dan Surabaya, akan ditambah menjadi total 1.500 titik. Target tersebut dibarengi dengan peningkatan volume produk guna mengurangi sampah plastik secara lebih signifikan. (dlw)
- BERITA TERKAIT
- Unilever Indonesia Tegaskan Urgensi Penerapan Pertanian Regeneratif
- Mengurai Miskonsepsi dan Tantangan Praktik CSR Terkini
- Berkomitmen Terhadap Keberlanjutan Lingkungan, Pelita Air Tanam 10 Ribu Pohon dan Lakukan Penerbangan Hijau
- Pizza Hut Delivery Fasilitasi Kecenderungan Pelanggan dengan Prinsip Ramah Lingkungan
- LSPR Institute Beri Wadah Berkarya Anak Berkebutuhan Khusus