HOME » EVENT » AWARDS

Pentingnya Konten untuk Pengembangan “Brand”

PRINDONESIA.CO | Rabu, 03/04/2019 | 4.736
Konten kreatif berperan membentuk awareness hingga engagement brand.
Dok. ICMF

Konten kreatif dinilai efektif untuk pengembangan brand. Hal ini berperan dalam membentuk awareness hingga meningkatkan engagement.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal ini terungkap dalam Indonesia Content Marketing Forum (ICMF) dan Indonesia Content Marketing Awards (ICMA) 2019 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (27/3/2019). Acara yang diadakan oleh KG Media, Grid Story Factory dan Grid Voice melibatkan 700 perwakilan pelaku pemasaran dari berbagai industri hadir. Dalam perhelatan ini, puluhan brand menerima penghargaan atas prestasi, inovasi dan kreativitas dalam menerapkan strategi content marketing sepanjang tahun 2018. Acara bertema “Create Creative Content Marketing Roadmap” ini menghadirkan delapan pembicara. Berikut rangkuman tips membuat konten kreatif untuk pengembangan brand.

Memilih "platform" media dan jenis konten yang tepat

Director of Client Management & Social Growth JAPAC Socialbakers Janet Choo mengatakan, karakter pengguna (user) di Indonesia sejak tahun 2018 memiliki volume aktivitas yang banyak di platform Facebook. “Tapi untuk interaksi dan percakapan, lebih banyak terjadi di Instagram,” sambungnya.  Sehingga, Janet menyimpulkan, untuk ekspansi tingkat awareness dari suatu brand, Facebook masih menjadi platform yang efektif. Sementara jika ingin berinteraksi atau meningkatkan engagement users,  Instagram adalah pilihan yang tepat. Tidak lupa ia menambahkan, konten video yang orisinal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari menjadi strategi yang tepat dalam membuat konten. Ia memprediksi bahwa tahun ini konten berjenis video akan menyamai bahkan menyalip jumlah interaksi yang dihasilkan oleh konten berjenis foto.

Memilih "influencer" yang sesuai

Corporate Marketing Strategy Manager JD.ID Sara Herfina Krismayanto dan Senior Content Marketing iFlix Suryo Hapsoro menekankan betapa pentingnya preferensi dari orang  terdekat atau terpercaya memengaruhi persepsi kita terhadap suatu brand atau produk yang belum kita kenal. Dalam hal ini influencer marketing berperan besar dalam mereferensikan suatu brand atau produk. “Influencer itu ibaratnya mesin untuk memersonalisasikan pesan dari suatu brand atau produk terhadap pengikutnya (followers),” ucap Suryo. Penyampaian yang sesuai dengan keseharian para pengikutnya, audiens semakin mudah menerima brand tersebut.

Fina, sapaan akrab dari Sara Herfina, juga menjelaskan bahwa influencer marketing mempunyai beberapa lapisan atau layer. “Kalau kita mau building loyalty, engagement, repurchasery, then we’ll go for little influencer. That are more reliable, more creating engagement, creating more conversation,” jelasnya. Jadi influencer marketing yang dipilih menyesuaikan dengan brand positioning dan gol yang mau dicapai.

“Think Like a Film Maker”

Senior Brand Manager AXE Masterbrand of Unilever Raditya Beer dan COO Lifelike Picture Sheila Timothy sepakat bahwa suatu brand harus tahu apa yang diiinginkan dari para audiens. “Karena sebagai brand, kita harus tahu kesukaan dari para audiens. Apalagi setiap pengguna mempunyai banyak ketertarikan yang berbeda-beda. Jadi, kita harus tahu apa yang mereka butuhkan,” jelas Raditya. Sedangkan Lala, sapaan akrab Sheila, menjelaskan, “Kita harus peka. Pasang telinga untuk mendengarkan yang benar-benar diinginkan oleh audiens.” Keduanya pun sependapat bahwa dalam membuat web series ataupun film harus mempunyai bagian yang autentik dan berbeda. Tujuannya, untuk mencegah kebosanan jika film yang dibawakan mempunyai alur cerita yang sudah umum.

Mementingkan "Owned Media"

Kepala Sub Bagian Strategi Komunikasi Biro KLI Kementerian Keuangan Budi Sulistyo dan Content Marketing Specialist Brodo menjelaskan betapa pentingnya owned media channel dari sebuah brand ataupun institusi pemerintahan. Budi mengatakan, dengan semakin banyaknya generasi millennial yang paham teknologi, maka Kemenkeu pun bertransformasi menjadi institusi yang bisa mengikuti perkembangan zaman. “Kita sekarang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengomunikasikan kebijakan, salah satunya,” ucap Budi.

Menerapkan "integrated marketing communication"

Head of Marketing Division Eiger Harimula Muharam memberikan pandangannya untuk marketers. “Komunikasi pemasaran terintegrasi yang kami lakukan adalah selalu berusaha untuk melibatkan komunitas,” tutur Lula, sapaan akrab Harimula. “Dengan semakin dekatnya kita dengan audiens, kita jadi tahu needs dan wants, termasuk desire dari mereka,” tambah Lula. "Dari hasil obrolan dengan komunitas, memungkinkan kita menciptakan bentuk bisnis baru," tutupnya. (rvh)