Tidak semua orang atau korporasi bisa melihat peluang yang terbentang di balik sebuah krisis. Krisis pandemi Coronaivirus Disease (Covid-19) harus dipandang sebagai cara untuk mengubah musibah menjadi berkah.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada banyak cara yang dilakukan oleh merek atau korporasi untuk mampu bertahan di masa krisis. Salah satunya, dengan tetap berkomunikasi. Apapun itu, baik hard selling maupun, lebih-lebih, soft selling. Dengan berkomunikasi di masa krisis, publik kelak akan terus mengingat merek tersebut saat krisis telah usai. Ini berbeda halnya dengan jika merek tidak berkomunikasi, mereka akan ditelan oleh waktu.
Itulah yang disampaikan oleh Jojo S. Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) saat menjadi narasumber gelar wicara yang diadakan secara daring oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Talk Series Episode 5, bertajuk “Strategi Komunikasi Korporat Menghadapi Covid-19”, Selasa (28/4/2020).
Menurutnya, cara berkomunikasi di masa krisis jelas perlu penyesuaian. “Sepanjang relevan dan memiliki konteks terhadap krisis yang sedang terjadi, hasilnya akan bagus bagi reputasi sebuah merek,” ungkap Jojo yang merupakan Managing Director IMOGEN PR. Dalam situasi banyak pekerja kini menjalani program work from home (WFH), merek seperti minuman, makanan ringan dan penyedap makanan, sangat penting terus memelihara komunikasi kepada konsumen mereka yang berada di rumah.
Merujuk dari survei Nielsen Indonesia Quarter-I, rupanya belanja iklan domestik masih tumbuh 20 persen dibanding periode sama tahun 2019. Kabar bagus lainnya, belanja iklan di media untuk kategori news menempati porsi terbesar, sebanyak 82 persen, selama bulan Maret di masa pandemi Covid-19 ini. “Fakta tersebut menunjukkan bahwa merek seyogianya perlu menjaga ritme berkomunikasinya di masa krisis. Inilah kesempatan bagus bagi merek-merek untuk tetap berada di benak konsumen, di saat publik sangat butuh informasi melalui media,” lanjut Jojo.
Tiga Peran
Menurutnya, ada tiga peran yang bisa dimainkan merek/korporat untuk bisa berkomunikasi di masa krisis seperti sekarang. Pertama, menjadi pengantar pesan kebaikan dengan menyebarkan informasi yang baik dan kontektual. Upaya demikian akan sangat membantu publik terhindar dari berita-berita hoaks.
Peran kedua, merek/korporat bisa menjadi penghibur yang baik. Artinya, sebuah merek yang memberikan hiburan bermanfaat bagi masyarakat, lewat tayangan iklan merek, kegiatan/event secara daring (on-line) di media yang menarik dan edukatif. Peran selanjutnya, merek dapat menjadi roda penggerak sosial untuk membantu masyarakat lapisan bawah yang kondisi ekonominya terganggu.
Melalui kemasan bercerita (storytelling) yang menarik dan relevan dengan konteks krisis, ia yakin merek bisa membantu publik untuk tetap bersikap positif menghadapi dan melewati krisis Covid-19. Sekaligus mempertahankan awareness dan memenangkan top of mind di benak audiens. (asw)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab