Kelurahan Rejomulyo kembali berseri setelah Pemerintah Kota Semarang menetapkan wilayah tersebut sebagai Kampung Batik.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kelurahan yang terletak di Kecamatan Semarang Timur, tak jauh dari Kota Lama ini dulunya dikenal sebagai gudangnya perajin batik. Di daerah ini terdapat banyak penjual batik dan sepatu. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, industri ini terlibas persaingan bisnis.
Pemerintah berkomitmen membangkitkan kembali industri batik dengan menjadikannya Kampung Batik Semarang. “Kami melihat sudah ada embrio produksi Batik Semarang di sini,” kata Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Kelurahan Rejomulyo bukanlah satu-satunya wilayah yang ditetapkan sebagai kampung tematik. Ada 176 kelurahan lain yang diangkat sesuai potensi masing-masing. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan perekonomian secara merata di seluruh wilayah Kota Semarang.
Dalam menjalankan program ini, Pemkot Semarang tidak sendiri. “Kami membuka peluang program CSR bagi korporasi untuk terlibat dalam pembangunan setiap kampung yang terpilih,” ujar perempuan yang akrab disapa Mbak Ita itu. Inilah pengejewantahan konsep #bergerakbersama yang diusung kota yang dipimpin oleh Hendrar Prihadi tersebut. “Ada empat unsur yang terlibat. Antara lain, Pemkot Semarang, swasta, akademisi, dan society,” imbuhnya.
Khusus Kampung Batik, pihak swasta yang terlibat meliputi PT PLN, PT SMI, dan PT Angkasa Pura. Adapun bantuan yang diberikan berupa infrastruktur, pelatihan, peralatan produksi, bantuan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang kemudian dikerjakan secara swadaya.
Berstrategi
Wakil Wali Kota Hevearita berpendapat upaya ini tak akan berhasil jika tidak ada dukungan dari sisi komunikasi. Mereka lantas berstrategi. Pertama, gencar melakukan eksposur media mulai dari konferensi pers, menyebar rilis dan informasi di akun media sosial resmi milik pemerintah @pemerintahkotasemarang baik Instagram, Facebook, Twitter, maupun YouTube diikuti tanda pagar #kampungbatiksemarang untuk memudakan warganet melacak aktivitas terkini tentang Kampung Batik Semarang.
Kedua, mengadakan pelatihan membatik. Pelatihan ini merupakan rangkaian dari paket kunjungan ke Kampung Batik. Dengan biaya tertenu, pengunjung berkesempatan menikmati showroom tour, pelatihan membatik, dan belanja.
Ketiga, melakukan aktivasi melalui berbagai event, salah satunya Tarian Massal Semarangan. Keempat, membuat mural khas Semarang seperti motif batik, kisah wayang, cerita anak. “Program membuat mural ini terlaksana dari swadaya masyarakat,” katanya, bangga. “Karya-karya mural ini menjadi daya pikat bagi warga untuk melakukan swafoto, lalu mengunggah hasil foto mereka ke akun medsos masing-masing. Harapannya, mampu meningkatkan awareness dan popularitas Kampung Batik Semarang,” imbuhnya.
Kelima, menjadikan batik sebagai suvenir. Terakhir, membuka pemasaran dengan aktif mengikutsertakan batik hasil produksi Kampung Batik ke berbagai pameran baik di kota, luar kota, maupun luar negeri. Benar saja, berbagai upaya ini mendongkrak produksi dan penjualan batik sebanyak tiga kali lipat. Karena alasan itu pula, Pemkot Semarang percaya diri mengikutsertakan Kampung Batik dalam Program CSR subkategori Community Based Development di ajang PR INDONESIA Awards (PRIA) 2020. (rtn)
- BERITA TERKAIT
- Unilever Indonesia Tegaskan Urgensi Penerapan Pertanian Regeneratif
- Mengurai Miskonsepsi dan Tantangan Praktik CSR Terkini
- Berkomitmen Terhadap Keberlanjutan Lingkungan, Pelita Air Tanam 10 Ribu Pohon dan Lakukan Penerbangan Hijau
- Pizza Hut Delivery Fasilitasi Kecenderungan Pelanggan dengan Prinsip Ramah Lingkungan
- LSPR Institute Beri Wadah Berkarya Anak Berkebutuhan Khusus