Menulis adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki praktisi humas. Pertanyaan yang kerap mengemuka, "Harus mulai dari mana?"
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Asmono Wikan, founder dan CEO PR INDONESIA Group mengupasnya secara tuntas di pelatihan internal Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) bertema “Creative Writing Training”, yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (10/7/2020).
Menurut pria yang pagi itu membawakan materi “Mengenal Ragam Tulisan Berita, Feature, Kolom”, tulisan sebaik apapun berawal dari ide. Ide datangnya dari mana saja. “Bisa dibangkitkan? Bisa,” katanya seraya memberi contoh menggali ide saat berdiskusi, membaca informasi dari media, buku, bahkan ketika sedang menonton film.
Selanjutnya, memilih dan menuangkan ide tadi menjadi untaian kalimat. Inilah yang menjadi kendala berikutnya. Seperti keluhan salah satu peserta. Berdasarkan pengalamannya, ia membutuhkan keseriusan khusus untuk dapat menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan.
Asmono berpendapat, tuliskan saja apa yang ada di dalam pikiran kita. Tidak perlu takut tidak menarik dan populer. “Ketakutan-ketakutan itulah yang sebenarnya menjadi penghambat kita ketika menulis,” ujarnya.
Teruslah berlatih untuk merajut kata menjadi untaian kalimat hingga menjadi sebuah tulisan. Sempurnakan kalimat itu dengan subyek, predikat, obyek, keterangan (SPOK). Meski dalam praktiknya tidak perlu sekaku itu. Lalu, perkuatlah dengan detail dan kronologi.
Agar tulisan menjadi kian menarik, Asmono memberi tips, tentukan sudut padang, pastikan tulisan kita mengandung aspek kebaruan, gunakan kata-kata yang ekonomis, lalu perkaya dengan diksi.
Kenali Perbedaannya
Asmono lantas mengurai ragam tulisan. Antara lain, berita singkat atau pendek, feature dan kolom. Ia mengatakan, berita singkat adalah berita yang di dalamnya memuat rumus klasik 5W + 1H (where, when, why, what, who, how). Meski terdengar mudah, tantangannya adalah membuat berita singkat tadi menjadi informasi yang menarik. “Ada beberapa trik. Salah satunya, meramu rumus klasik tadi agar tidak monoton dengan mengedepankan unsur why di awal tulisan,” ujarnya.
Nah, bagaimana kemudian humas menuangkan rumus tadi ke dalam bentuk berita rilis? Pertama, kata Asmono, pastikan beritanya berisi informasi, bukan promosi. Kedua, memiliki nilai edukasi. Ketiga, ditulis dari sudut pandang media dan angle yang dibutuhkan oleh media bersangkutan. Minimal memenuhi unsur 5W +1H. Keempat, ringkas, tapi kaya data. Kelima, cantumkan petikan dari pejabat atau otoritas tertinggi. Keenam, sertakan nomor kontak ponsel, bukan sekadar telepon kantor. Terakhir, cantumkan profil ringkas organisasi.
Sementara feature adalah tulisan yang berangkat dari news yang di dalamnya ditambah dengan detail cerita dan “drama”. Perbedaannya terletak pada detail, kronologi dan kedalaman cerita. Unsur-unsur inilah yang membuat tulisan feature menjadi lebih kaya, tidak kering apalagi membosankan.
Berbeda dengan kolom. Kolom merupakan jenis tulisan yang mengedepankan opini atau pendapat pribadi penulis. Prinsip menulis kolom terdiri dari gaya tulisannya mengalir, berupa untaian kalimat pendek, tidak menggunakan rumus 5W + 1 H, kaya diksi atau pilihan kata, menceritakan obyek atau peristiwa tertentu, mengajak pembaca berdialog melalui tulisannya. “Kolom itu menguji penulis sejauh mana ia mengetahui kedalaman suatu peristiwa untuk kemudian menuangkannya ke dalam konteks kekinian,” ujarnya.
Sudah siapkah Anda menulis? (rtn)
- BERITA TERKAIT
- Ini Tahapan Mengelola Isu
- Kenali Tiga Model Pendekatan Agar Kampanye PR Makin Efektif
- Ini Kunci Menjadi PR yang Strategis
- Cara Membangun Hubungan yang Efektif dengan Media
- Ini Pentingnya Menjalin Hubungan yang Positif dengan Media Kala Krisis