Setiap manusia istimewa. Keyakinan inilah yang membuat orang beramai-ramai membuat personal branding.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kemajuan teknologi komunikasi membuat dunia menjadi tanpa batas. Semua orang dari belahan dunia mana pun bisa terhubung. Tanpa sadar dunia terasa makin kompetitif. Terutama ketika semakin banyak orang yang menunjukkan keahliannya di media sosial. Dari yang awalnya sekadar ingin berbagi cerita, informasi, pamer, hingga yang benar-benar serius menjadikan media sosial sebagai wadah untuk membangun personal branding.
Istilah personal branding sebenarnya pertama kali diperkenalkan oleh motivator dan konsultan manajemen bernama Tom Peters pada tahun 1997. Ketika itu, Peters yang juga merupakan editor Fast Company menulis artikel berjudul The Brand Called You di majalah tersebut. Dalam artikel itu, ia mengatakan, perusahaan sudah memahami pentingnya brand (merek). Hari ini, di era individualis, saatnya kita menjadi brand dan CEO untuk diri sendiri. Menurutnya, menjaga citra profesional itu penting karena semua orang berada di pasar yang sama. Sementara yang bertanggung jawab terhadap reputasi dan kredibilitas yang dimiliki adalah diri sendiri.
Ternyata, personal branding juga menjadi sorotan Jeff Bezos, pelopor e-commerce asal Amerika Serikat yang merupakan pendiri Amazon.com. Secara sederhana, ia memaknai personal branding sebagai apa yang dikatakan orang lain tentang kita pada saat kita tidak berada di ruangan tersebut.
Sesungguhnya, ada banyak manfaat yang bisa dihimpun apabila setiap orang mampu membangun personal branding. Seperti yang diuraikan oleh Emilia Bassar, CEO CPROCOM, saat mengisi in-house training yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bekerja sama dengan PR INDONESIA, Rabu (31/8/2022). Manfaat personal branding yang dimaksud meliputi membangun rasa percaya diri, kredibilitas untuk menunjukkan keahlian, membangun koneksi, memfokuskan energi untuk kemajuan, dan perkembangan karier.
Menganalisis Kekuatan
Sementara untuk mengenali kemampuan dan menggali personal branding yang akan ditonjolkan kepada publik, Emilia menyarankan, mulailah dari menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan atau SWOT analysis. Setelah itu melakukan empat langkah berikut ini. Pertama, membangun brand secara konsisten dengan cara menjelaskan kepribadian, memperbarui resume, dan membuat produk pribadi. Produk di sini maksudnya karya seperti menulis artikel di Blog, LinkedIn, media sosial, dan membuat kartu nama.
Langkah kedua, Emil—sapaan akrab Emilia—mengajak 30 pegawai LPS untuk mengomunikasikan diri sendiri kepada orang lain secara terbuka dan terus-menerus. Contohnya, mempromosikan pencapaian, membangun interaksi antarpersonal maupun kelompok, berbagi pengalaman, mengunggah artikel di Blog, hingga memaksimalkan partisipasi dalam rapat dan grup.
Ketiga, mengidentifikasi tujuan. Ia berpesan agar kita memastikan tujuan tersebut tetap relevan hingga beberapa bulan bahkan tahun ke depan. Di samping, mengidentifikasi target audiens, serta mengatur ulang prioritas kita. Terakhir, melakukan review terhadap brand kita secara rutin.
Seperti yang sudah disampaikan di atas, aktivitas membangun personal branding bisa diawali dari media sosial. “Tapi, bukan berarti kita harus memanfaatkan semua platform media sosial,” katanya. Yang pasti, setiap unggahan harus memiliki dan menekankan pada value yang dimiliki. Bahkan, akan lebih baik apabila kita membuat perencanaan di media sosial. Hal lain yang tak kalah penting adalah mengukur atau mengaudit personal branding dengan cara melacaknya melalui mesin pencari. (ais)
- BERITA TERKAIT
- Ini Tahapan Mengelola Isu
- Kenali Tiga Model Pendekatan Agar Kampanye PR Makin Efektif
- Ini Kunci Menjadi PR yang Strategis
- Cara Membangun Hubungan yang Efektif dengan Media
- Ini Pentingnya Menjalin Hubungan yang Positif dengan Media Kala Krisis