Pemimpin yang dikenal kerap tampil apa adanya ini memilih cara yang agak nyeleneh untuk mengedukasi dan membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya Covid-19.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 merupakan masa tersulit bagi Ganjar Pranowo selama dua periode menjadi Gubernur Jawa Tengah. Pengakuan ini ia sampaikan di hadapan peserta webinar “Catalyst Talk Vol 4: Communicate So That People Unite!”, Jumat (29/5/2020).
Selain berjibaku menurunkan angka kasus, pekerjaan rumah yang tak kalah penting adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. Hingga saat ini hanya itulah salah satu cara paling ampuh yang bisa dilakukan untuk memutus penyebaran virus selama vaksinnya belum ditemukan. “Bukan pekerjaan mudah, apalagi wilayah Jateng luas,” katanya.
Ganjar makin memberi perhatian khusus terlebih setelah mendapat laporan bahwa kesadaran masyarakat Jateng menjalankan protokol kesehatan tergolong rendah. Pemimpin daerah yang dikenal aktif bermedia sosial ini berkesimpulan, bisa jadi masalahnya karena selama ini mereka kurang tepat dalam memilih diksi yang mudah dipahami masyarakat.
Diksi
Maka, saat memasuki era Adaptasi Kebiasaan Baru, ia memilih untuk melakukan sosialisasi lewat kaos bertema Covid-19. Ia meyakini kaos tersebut mampu menjadi alat komunikasi dan kampanye yang efektif. Apalagi kaos yang diproduksi itu memuat banyak pilihan kalimat yang menarik, menggunakan bahasa sehari-hari, bahkan lokal. Contoh, kalimat bertema persatuan, “Bersama Lawan Corona”. Atau, ajakan, “Cuci Tangan Terus Biar Gak Kena Corona Virus”. Kalimat nyeleneh seperti “Maskeran Keren”, hingga menggunakan bahasa lokal seperti “Lagi Wabah Becik Ning Omah” (Sedang Wabah Lebih Baik di Rumah) dan “Nyedak Keplak” (Ditampar kalau mendekat).
Inisiatif ini mendapat respons luar biasa. Desainnya yang unik ditambah kalimat yang kadang membuat senyum bagi yang membaca ternyata diminati, bahkan hingga mancanegara seperti Hong Kong, Singapura, dan Malaysia. “Keuntungan dari hasil menjual kaos ini nantinya kami donasikan kepada mereka yang terdampak Covid-19 seperti tenaga medis maupun warga,” katanya. Pemilihan diksi serupa juga ia terapkan saat mengunggah aktivitasnya di media sosial, ruang digital yang dimanfaatkan untuk publikasi sekaligus edukasi. “Terkadang saya perlu menggunakan diksi yang menyengat dan tidak enak supaya mereka terusik,” ujarnya.
Lainnya yang menjadi perhatian Ganjar adalah soal penyampaian. Ia memilih berkeliling sepeda sembari olahraga pagi, mengingatkan warga menggunakan pengeras suara untuk mematuhi aturan jaga jarak fisik dan menggunakan masker. “Saya harus mengumumkan ke semua orang, dan semua orang harus mengerti dengan cara yang mudah diterima,” ujarnya. Ia juga mengupayakan sosialisasi dan edukasi hingga menyentuh level industri dengan rajin mengunjungi pabrik dan pengrajin untuk memastikan kesiapan mereka menghadapi AKB.
Menurutnya, upaya ini juga harus diikuti dengan sanksi. Contoh, tak segan membubarkan kerumunan warga yang kedapatan tidak menggunakan masker. Atau, melarang pedagang untuk berjualan kembali apabila mengabaikan protokol kesehatan.
Ganjar juga menyoroti pentingnya peran humas pemerintah selama pandemi. Terutama, terkait kecepatan dalam merespons aduan masyarakat. Menurutnya, kecepatan merespons dan menindaklanjuti aduan ini, apalagi di masa pandemi, termasuk bagian dari bentuk kepuasan ‘pelanggan’. “Saya concern soal ini. Saya bahkan memberikan kesempatan kepada humas terpilih untuk mengikuti pelatihan bersama wartawan untuk belajar cara menyampaikan pesan yang mudah dipahami masyarakat,” pungkasnya. (ais)
- BERITA TERKAIT
- Budi Wahju Soesilo, Dirut Pupuk Kaltim: Mengawal Ketahanan Pangan Melalui Produksi & Distribusi Pupuk
- Agus Cahyono Adi, Kementerian ESDM: Peran Strategis Humas Kementerian ESDM
- Komitmen Peningkatan SDM, Dirut PGE Raih Penghargaan HCPA 2023
- Dirut Pertamina Nicke Widyawati Jadi Satu-satunya Wanita ASEAN di Most Powerful Women 2023
- Presdir Unilever Indonesia Raih Asia's Most Inspiring Executives dari ACES Awards