Catat! Inilah Kompetensi Digital yang Harus Dimiliki PR

PRINDONESIA.CO | Rabu, 29/07/2020 | 3.340
Public relations cukup mengetahui fungsi dan cara bekerjanya agar dapat mengontrol dan memonitor.
Dok. Pribadi

Aspek digital berperan penting di hampir seluruh aktivitas bisnis dan profesi. Salah satunya, public relations (PR). Lantas, kompetensi digital apa saja yang harus dimiliki PR?

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – PR INDONESIA mengupas isu ini di workshop bertema “Digital PR: Strategy, Skill, Tools, and Data Analysis”, Rabu (29/7/2020). Harry Deje, Managing Director H+K Strategies Indonesia, yang menjadi narasumber pada hari itu memetakan dua kompetensi digital yang mesti dimiliki PR. Yakni, hard skill dan soft skill.

Kompetensi hard skill yang diperlukan meliputi, pertama, memahami platform. Kompetensi memahami platform ini terbagi ke dalam beberapa hal. Antara lain, kemampuan membuat pesan secara mengalir, feature, memahami fungsi setiap platform, dan tren terkini. “Di dunia digital, kemungkinannya banyak. Kita bisa mendorong pesan itu untuk meningkatkan jumlah pengikut (followers), share, sampai co-creation—memacu orang lain untuk membuat konten lain dari pesan yang kita unggah atau buat,” ujar pria yang karib disapa Deje itu.

Sementara kompetensi hard skill memahami platform terkait feature, Deje memberi contoh, umumnya PR terjebak memanfaatkan digital hanya membuat blog. Padahal banyak fitur yang bisa dimaksimalkan. Instagram, misalnya, ada IG TV, IG Story. Di WhatsApp, ada GIF yang saat ini diminati pengguna. 

Khusus memahami tren terkini, selain perlu kompetensi hard skill juga soft skill. Secara hard skill, katanya, tiap platform memiliki tren berbeda-beda. “Ketika ada sesuatu yang sedang happening di Instagram, maka kita harus cepat bertindak untuk meningkatkan interaksi. Misalnya, dengan cara memanfaatkan swipe up untuk menggerakkan call to action atau menyertakan path link, dan sebagainya,” ujarnya.  

Kemampuan hard skill yang kedua, harus mengetahui sumber data yang digunakan sudah sesuai (proper). Tentukan objektif yang ingin dicapai. Tentukan social media monitoring yang tepat. Pilih mitra yang memiliki tools engamenet yang mampu menjawab kebutuhan atau objektif yang ingin kita capai. Lakukan survei salah satunya kepada key opinion leader (KOL) dan riset kepada audiens.

Ketiga, mampu menggunakan dan memanfaatkan analytical tools. “Fungsinya untuk mengetahui apa yang relevan sesuai kebutuhan kita,” ujarnya. 

 

“Soft Skill”

Sementara kemampuan digital soft skill yang dibutuhkan antara lain strategic, analitical dan creative thinking. Ia mengurainya satu per satu. Kemampuan strategic thinking yang dimaksud Deje adalah terkait pentingnya kemampuan soft skill dalam membuat digital plan untuk menjawab tantangan dan memberikan solusi bagi audiensnya.

Sementara analitical thinking adalah peka membaca angka dan kata kunci (keyword) yang mengandung makna multitafsir. Adapun creative thinking adalah kemampuan kreatif mengolah tulisan ke dalam bentuk visual yang menarik. 

Selain dua hal tadi, Deje juga menyebut berbagai kompetensi digital lainnya yang mesti dimiliki PR. Antara lain, social media monitoring, image creation, media analysis, keyword research, video creation, SEO, matriks untuk melihat pergerakan dan perbandingan, dan social advertising. Selain itu, kemampuan membina hubungan dengan influencer sampai memahami digital dashboard.

“Jangan khawatir,” kata pria yang sudah malang melintang di dunia agensi PR ini. “PR tidak perlu andal mengoperasikan semua kompetensi atau tools tadi. Sebaliknya, PR cukup mengetahui fungsi dan cara bekerjanya agar dapat mengontrol dan memonitor,” tutupnya. (rtn)