Alami Pergeseran, Peran Corporate Communication Makin Krusial

PRINDONESIA.CO | Senin, 17/08/2020 | 3.333
Selama sepuluh tahun terakhir terjadi pergeseran yang cukup signifikan dari Divisi Komunikasi di perusahaan Indonesia.
Dok. PERHUMAS Bandung

Dunia yang kompleks dan kian mudah menimbulkan persepsi membuat peran Corporate Communication terasa makin penting.

BANDUNG, PRINDONESIA.CO – Hal itu disampaikan Benny S Butarbutar, Media and Communication Advisor to BOD of Bulog, saat peluncuran buku “Corporate Communication: Praktik Terbaik Komunikasi Perusahaan” karya N Nurlaela Arief melalui Zoom, Senin (17/8/2020).

Pria yang sebelumnya menjabat sebagai VP Corporate Communication Garuda & Citilink Indonesia itu memberi contoh beberapa kasus di maskapai Indonesia yang sangat membutuhkan penanganan Corporate Communication (Corcomm). Mulai dari persoalan menu yang dibawa ke ranah hukum, dugaan pilot menggunakan narkoba, hingga kasus korupsi.

Kesemuanya membutuhkan penanganan cepat dari Corcomm. Jika tidak, saham akan jatuh, begitupun nama perusahaan. “Dalam menghadapi krisis, harus ada respos yang cepat. Standarnya tidak lebih dari 1 jam. Tapi pada kenyataannya tidak banyak humas ataupun perusahaan yang mampu memenuhi standar itu,” ujar Benny.

Dalam krisis, tim Corcomm secara simultan bergerak cepat. Mereka menentukan siapa yang akan menemui board of director (BOD), berhadapan dengan media, hingga menangani stakeholder. Formula yang digunakan pun beragam berdasarkan pengetahuan dan pengalaman agar persoalan tidak menjadi lebih besar.

Persoalannya, masih ada staf yang kemampuannya kurang mumpuni dalam membangun strategic thinking. Sehingga, kerap menemui jalan buntu saat membuat strategi perencanaan. “Ketika itu terjadi maka sulit untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan 72 persen karyawan tidak sepenuhnya memahami strategi perusahaannya,” katanya.

Untuk itu, Benny mengapresiasi buku karya Nurlaela ini. Menurutnya, buku ini tak hanya menarik, agresif dan konseptual karena mengangkat banyak contoh kasus. Lebih dari itu, buku ini mampu menerjemahkan bisnis.

 

Kupas Tuntas

Lala, sapaan akrab Nurlaela, mengatakan, buku tersebut dibuat berdasarkan pengalamannya selama lebih dari 20 tahun menjadi praktisi PR dan Corcomm di Bio Farma. Selain itu, studi literatur hingga studi banding terhadap kurikulum dan silabus komunikasi di berbagai sekolah bisnis di dunia seperti Harvard, Columbia, Tuck, Erasmus dan Huddersfield.

Fakta menunjukkan selama sepuluh tahun terakhir terjadi pergeseran yang cukup signifikan dari Divisi Komunikasi di perusahaan Indonesia. Bukan saja namanya yang berubah menjadi Departemen/Divisi Corcomm, tapi peran dan fungsinya pun menjadi lebih luas. Pun dari segi keilmuan. Corcomm merupakan bidang keilmuan yang tidak hanya dipelajari di Fakultas Ilmu Komunikasi, tapi juga di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atau Sekolah Bisnis dan Manajemen.

Buku ini terdiri dari tiga bagian dan sembilan bab. Di bagian pertama, penulis mengupas tentang Corcomm 4.0. Bagian kedua, penulis membahas tentang media, isu, dan manajemen krisis. Penulis juga memaparkan tentang sistem notifikasi sebagai pencegahan krisis komunikasi, memberikan contoh penanganan krisis oleh perusahaan di Indonesia. Termasuk, pengalaman penulis dalam menangani beberapa krisis dengan pihak nasional maupun internasional. Sementara pada bagian tiga, penulis membahas tentang membangun reputasi global

Menurut Rektor Universitas Ahmad Jani Prof. Hikmahanto Juwana, kekuatan buku ini terletak dari pembahasannya yang mengupas tentang komunikasi publik mulai dari tingkat dasar hingga mahir. Uraiannya rinci, lengkap, disertai contoh.

Buku ini juga membahas tentang PR internasional beserta contoh strategi berhubungan dengan media dan lembaga internasional dalam peran Corporate Diplomat. Penulis juga mengikuti standar penerbitan 'SAGE' yang menawarkan saran hingga analisis tajam dari beberapa kasus perusahaan terkenal Indonesia. Wajar jika pakar penulis buku dunia dari Rotterdam School of Management, Erasmus University, Prof. Joep Cornelissen mengimbau agar buku ini menjadi bacaan wajib bagi mereka yang ingin memahami lingkungan bisnis di Indonesia.

Selain Rektor Universitas Jendral Ahmad Yani, hadir pula pimpinan lembaga seperti, Aurik Gustomo, Wakil Dekan Akademik SBM ITB, Rahman Roestan, Direktur Operasi Bio Farma, Ketua Umum Perhumas Indonesia Agung Laksamana, pembahas Buku, Benny Butar-Butar, Indra Ardiyanto Corporate Communication Great Giant Food (GGF) serta Fiona Sari Utami, VP Corporate Communication Pelindo 1. (rtn)