Public relations (PR) harus mampu memetakan pemangku kepentingan untuk mencapai komunikasi yang efektif. Bahkan, ada kalanya proses pemetaan ini harus dilakukan secara cepat. Untuk itu kenali metode-metode stakeholder mapping berikut ini.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada beberapa metode yang dapat digunakan PR saat melakukan proses stakeholder mapping. Direktur Utama Mediavista.id Pramana Sukmajati mengupasnya tuntas di acara APPRIentice, Senin (12/10/2020). Antara lain, metode matriks kekuatan dan ketertarikan (power and interest), kekuatan dan preferensi (power and preference), stakeholder dan isu, serta stakeholder canvas.
Matriks power and interest merupakan metode yang paling jamak digunakan oleh para praktisi PR. Yakni, dengan cara membagi stakeholder berdasarkan aspek kekuatan dan ketertarikan. “Baik ketertarikan orang terhadap kita sebagai organisasi atau isu tertentu yang dikerjakan atau ditangani oleh organisasi kita,” kataya.
Metode ini memiliki empat bagian. Pertama, bagi stakeholder dengan kekuatan lemah dan ketertarikan lemah cukup dengan perlakuan sekadar dimonitor saja, tidak perlu di-engage secara terus-menerus. Kedua, jenis stakeholder dengan ketertarikan tinggi namun kekuatannya rendah. Yang perlu dilakukan PR kepada stakeholder yang masuk ke kategori ini cukup membuatnya terinformasi terhadap sesuatu yang menurut mereka menarik untuk diketahui.
Ketiga, stakeholder dengan kekuatan tinggi, tetapi ketertarikannya rendah. Kepada stakehlolder kategori ini, PR cukup menjaga hubungan baik. Keempat, kategori stakeholder yang harus dikelola secara serius karena berisiko tinggi. Yakni, stakeholder dengan kekuatan serta ketertarikan tinggi terhadap organisasi.
Wakil Ketua Humas APPRI Chikita Rosemarie menambahkan, matriks kekuatan dan ketertarikan ini merupakan salah satu teori stakeholder mapping yang dikembangkan jauh sebelum lahirnya masyarakat digital. Yakni, saat komunitas lokal internal akar rumput dianggap tidak memiliki kekuatan. “Jadi, berbeda perlakuannya ketika kita berbicara dalam konteks era digital seperti sekarang,” ujarnya.
Untuk itu, Chikita menekankan agar ketika menggunakan matriks ini, PR memahami bahwa setiap stakeholder saat ini memiliki kekuatan. Sehingga, pendekatan dan eksekusinya tidak bisa dianalisis secara general seperti yang tertulis di dalam teori.
Membagi Energi
Kedua, matriks power and preference. Matriks ini membagi stakeholder ke dalam sembilan kasta atau bidang. Pertama, pengikut/follower (kekuatan rendah, preferensi rendah). Kedua, bimbang/undicided (kekuatan rendah, preferensi medium). Ketiga, peringatan/caution (kekuatan rendah, preferensi tinggi). Keempat, pendukung/supporter (kekuatan medium, preferensi rendah).
Kelima, mengamati/monitor (kekuatan medium, preferensi medium). Keenam, pantau dengan kuat/strongly monitor (kekuatan medium, preferensi tinggi). Ketujuh, juara/champion (kekuatan tinggi, preferensi rendah). Kedelapan, terlibat secara aktif/actively engage (kekuatan tinggi, preferensi medium). Kesembilan, kritikal/critical (kekuatan rendah, preferensi tinggi).
Selanjutnya, matriks stakeholder dan isu. Matriks ini merupakan tingkat lanjutan dari matriks pertama dan kedua. Dengan metode ini, PR bisa mematakan stakeholder lebih spesifik terhadap isu-isu penting terkait perusahaan. Sehingga, PR bisa membagi energi. Tidak smeua stakehlder harus dikelola secara terus-menerus melainkan yang prioritas saja.
Setelah PR menempatkan stakeholder ke dalam matriks, selanjutnya menentukan pemangku kepentingan prioritas. Stakeholder dengan kekuatan serta ketertarikan tinggi harus dikelola paling pertama, sementara yang lain setelahnya. “Lakukan untuk setiap isu yang ada, perbaharui secara berkala, sesuai kebutuhan perencanaan komunikasi yang dilakukan,” katanya.
Praktisi PR dapat memanfaatkan data yang ada untuk menerjemahkannya ke dalam informasi yang lebih spesifik. Tujuannya, agar dapat memberikan gambaran umum tentang karakter stakeholder tertentu atau dikenal dengan istilah stakeholder persona.
Terakhir, metode yang relatif baru dan masih jarang digunakan, stakeholder canvas. Terdiri dari stakeholders, aktivitas kunci, preposisi nilai, karekteristik hubungan, stakeholder yang terpengaruh, sumber kunci, kanal, struktur biaya, serta potensi aliran pendapatan. (ais)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab