Ibarat pepatah “People buy from people they like”, seorang pengusaha harus memiliki citra yang baik di mata pelanggannya, agar mereka mau membeli produknya. Untuk itu dibutuhkan reputasi yang baik. Tidak hanya dari sisi perusahaan, tapi juga sosok CEO-nya sendiri.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Mengutip teori Pierre Bourdieu, filsuf asal Prancis, Prita Kemal Gani, founder & Director LSPR Communication and Business Institute saat mengisi Workshop LSPR Culinary Entrepreneur Award 2021 bertema “The Need of Public Relations for Entrepreneur”, Jumat (19/2/2021), menyebutkan setidaknya dibutuhkan enam tahapan dalam membangun reputasi bisnis.
Pertama, sejarah keuangan. Menurut PR INDONESIA Guru ini, tahapan ini merupakan pondasi terpenting dalam membangun sebuah bisnis. Sebab, kedisiplinan dalam bidang finansial dapat menunjang keberlangsungan bisnis di masa mendatang.
Kedua, sejarah perusahaan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak cerita relevan yang bisa dikembangkan untuk menjadi bagian dari sejarah perusahaan. Tidak melulu harus yang berkaitan langsung dengan bisnis kita. Ketiga, logo, kemasan maupun gerai juga merupakan bagian dari reputasi.
Keempat, penghargaan. Dengan mengikutsertakan bisnis kita dalam sebuah perlombaan sehingga mampu mendapatkan penghargaan/award juga menjadi salah satu upaya agar brand kita bisa lebih dikenal. “Kita menjadi lebih teruji karena dalam perlombaan dibutuhkan persiapan, terdapat juri yang menilai, mendapat saran dan masukkan, sehingga kita bisa introspeksi diri dan lebih termotivasi,” ujarnya.
Kelima, pengelolaan karyawan. Menurutnya, jika kita bisa mempersuasi karyawan untuk selalu bekerja secara disiplin, profesional serta mengikuti prosedur kerja dengan baik hingga menghasilkan produk yang berkualitas juga berdampak pada reputasi baik perusahaan. Terakhir, reputasi CEO atau pendiri menjadi tahapan yang paling tinggi. Jika CEO mampu mengelola kelima tahapan tadi dengan baik, secara otomatis akan menjadi reputasi dari CEO perusahaan tersebut.
“Personal Branding”
Tak kalah penting entrepreneur harus membangun personal branding. Menurut Prita yang merupakan President ASEAN PR Network ini, ibarat pepatah tak kenal maka tak sayang. Antara reputasi produk dengan reputasi CEO harus nyata. Tidak boleh ada gap yang terlalu jauh. Keduanya harus relevan. Saling menopang serta saling memberikan keuntungan. Sebab, reputasi entrepreneur itu memiliki market value. Artinya, orang akan menilai produk itu lebih tinggi apabila pemiliknya juga dikenal dan mempunyai reputasi yang baik.
Seperti ketika Prita membangun LSPR. Ia selalu mengumandangkan reputasi terkait lulusan PR, berkarier sebagai dosen PR, praktisi PR, dan betapa ia sangat mencintai dunia PR. “Di situlah letak kredibilitasnya,” kata ibu dari tiga anak ini.
Lainnya yang turut memengaruhi reputasi CEO adalah giat mengembangkan produk, memiliki jiwa sosial yang tinggi, serta tidak segan untuk berbagi, menanamkan kebaikan kepada karyawan, hingga mampu merelevansikan produk ke dalam sebuah cerita.
Workshop yang digagas oleh Fakultas Bisnis LSPR Communication and Business Institute bersama dengan LSPR Plaza ini merupakan rangkaian acara dari LSPR Culinary Entrepreneur Award 2021—penghargaan bagi kewirausahaan dalam bidang kuliner dengan fokus penilaian kepada inovasi produk dan pemasaran. Proses penjurian daring akan berlangsung pada Jumat (5/3/2021). (ais)
- BERITA TERKAIT
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab
- Dorong Kecakapan Komunikasi, Kementerian Ekraf Apresiasi Kelas Humas Muda Vol. 2