TikTok, platform distribusi video berdurasi singkat, yang kian digandrungi di masa pandemi ini, tidak hanya menyajikan konten receh dan menghibur. Lebih dari itu, menjadi alternatif baru bagi perusahaan dalam berkomunikasi dengan audiensnya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – “Semua akan TikTok pada waktunya.” Ungkapan ini rasanya tepat menggambarkan kesuksesan aplikasi besutan Tiongkok tersebut dalam menggaet penggunanya. Meski baru berusia empat tahun, aplikasi yang penggunanya didominasi oleh kalangan milenial dan Gen Z ini menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh sepanjang 2020.
Saking digandrunginya, rata-rata pengguna TikTok bisa menonton lebih dari 100 video per hari. Lainnya, yang menarik adalah mereka terbiasa membuka aplikasi TikTok hingga lima kali sehari.
Ada kata kunci khusus untuk dapat unggul di TikTok. “TikTok adalah short video mobile destination platform. Jadi, mata uangnya adalah kreativitas,” kata Chatrine Siswoyo, Head of Communications ByteDance Indonesia (TikTok Indonesia), membuka webinar bertajuk “PR is King, Internal Communication is Princess”, Rabu (3/3/2021). “Semakin kreatif, makin banyak pula orang yang suka dan kemungkinan menonton video tersebut,” imbuhnya.
Lantas, konten-konten seperti apa yang banyak menyita perhatian para TikTokers (sebutan untuk pengguna TikTok)? Menurut Chatrine, setidaknya ada lima kategori konten yang sedang populer saat ini. Pertama, konten edukasi. Sebagai contoh, video dengan hastag #Samasamabelajar telah ditonton lebih dari 45 miliar kali. Kontennya beragam. Mulai dari belajar bahasa Korea, resep masakan, hingga cara memulai saham.
Kedua, konten bernuansa komedi. Ketiga, fashion dan beauty. Keempat, talent atau identik dengan kemampuan seseorang dalam menari dan menyanyi. Terakhir, atau kelima, konten makanan.
Tingkatkan “Awareness”
Peluang ini tentu harus ditangkap oleh para pelaku public relations (PR). Tujuannya, tak lain untuk semakin meningkatkan awareness target audiens terhadap brand/perusahaan mereka. Namun, pahami dulu karakter platformnya. “Pola pikirnya ketika masuk di TikTok adalah discovery. Jadi, audiens datang dan mau menonton sebenarnya untuk belajar sesuatu hal yang baru,” ujarnya.
Selanjutnya, kenali penggunanya. Data menunjukkan 87 persen pengguna TikTok melihat mobile/telepon pintar sebagai perangkat yang penting, terutama untuk mendapatkan informasi. Sementara 42 persen pengguna TikTok mengaku tidak hanya mengikuti (follow) akun yang mereka kenal seperti selebriti, tapi juga brand yang mereka sukai.
Fakta lainnya, mobile screen adalah utama bagi para pengguna TikTok mengingat rentang perhatian (attention span) mereka yang semakin pendek. Gen Z, misalnya, hanya delapan detik. Sementara generasi milenial hanya 12 detik.
Artinya, kreator konten/brand dituntut mampu mengomunikasikan pesan dengan singkat dan padat (compact on size), serta menarik. Keempat, 80 persen penggunanya pada saat menonton selalu dengan suara (sound on) sehingga berimbas pada pengalaman atau screen experience.
Chatrine lantas membagikan empat tips bagi brand/perusahaan yang ingin menjadikan TikTok sebagai platform komunikasinya. Pertama, user centric storytelling (bangun cerita yang berpusat pada pengguna). Kedua, menggandeng kreator TikTok yang sudah dikenal untuk menjaring atensi. Ketiga, call to action (ajakan untuk bertindak). Terakhir, membuat konten dengan compact size (singkat dan padat). (ais)
- BERITA TERKAIT
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab
- Dorong Kecakapan Komunikasi, Kementerian Ekraf Apresiasi Kelas Humas Muda Vol. 2