Napak Tilas PR 2021

PRINDONESIA.CO | Kamis, 09/12/2021 | 1.597
Saat ini peran antara PR dengan pemsar makin samar dengan sejumlah tuntutan yang mengarah pada konversi perilaku konsumen.
Freandy/PR INDONESIA

Tahun 2021 menorehkan sejarah tersendiri bagi dunia komunikasi, khususnya para pelaku public relations (PR). Inilah tahun titik balik menuju kestabilan dari pandemi mulai berjalan.

BALI, PRINDONESIA.CO – Pada tahun ini terjadi transisi menuju pemulihan pandemi dan kenormalan baru yang semakin nyaman diusahakan. Sehingga, ada kebangkitan dunia usaha untuk mengejar ketertinggalan dan mempercepat keuntungan atau pertumbuhan.

Demikianlah pernyataan Sari Soegondo, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) saat mengawali presentasinya di acara PR INDONESIA Outlook 2022 yang merupakan bagian dari rangkaian JAMPIRO #7 di Bali, Rabu (8/12/2021).

Sari melanjutkan,  di masa itu pula, berbagai macam bidang usaha mulai membangun lagi ekonominya meski dengan tetap melakukan berbagai penyesuaian agar tetap relevan dalam keadaan pandemi. “Kebangkitan ini seperti sebuah balas dendam untuk memulihkan keadaan usaha yang mengalami kemerosotan yang terjadi di tahun 2020,” ujarnya.

Tak hanya adanya alur pertumbuhan ekonomi, digitalisasi juga terjadi dalam lini informasi dan komunikasi. Percepatan digitalisasi ini dipercepat dengan adanya pandemi. Semua orang mau tidak mau harus belajar dan menguasai parangkat-perangkat digital. 

Hal ini, kata co-founder dan Executive Director ID COMM tersebut, memberi dampak yang cukup besar dalam penyebaran informasi. “Banyak isu yang menjadi cepat viral dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya. Tipe-tipe konten audio visual diminati kembali. Audiens juga mulai menyukai produk-produk digital, seperti news reel, web news dan masih banyak lagi.

Banyak Belajar

Di sisi jasa konsultasi PR, tahun 2021, adalah tahun di mana klien mereka semakin berwarna. Mulai dari perusahaan yang bergerak di bidang FMCG, Skin Care, Body Care, F&B, Financial Technology, Education Technology, Property Technology, Lending Online, Online Investment, Pharmaceutical, hingga Telemedicine Service.  

Secara otomatis, kepercayaan dari klien dengan beragam latar belakang industri ini membuat mereka harus berhadapan dengan banyak tantangan baru. Mereka juga dituntut harus lebih fleksibel, cepat dan tanggap dalam merespons kebutuhan klien untuk berbagai hal mulai dari pivot bisnis, diversifikasi usaha, penyesuaian skala usaha, manajemen sumber daya, dan lainnya, yang berbeda dari permintaan di masa sebelum pandemi.

Namun, adanya desakan ini juga mendorong PR berkembang. PR tidak lagi hanya bergerak pada komunikasi yang memproduksi dan mendistribusikan siaran pers, tapi juga melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan jenis komunikasi lain. “Berkembangnya tugas dan fungsi PR juga membuat peran PR terkesan menyamai peran pemasaran,” ujarnya.

Bahkan, masih kata Sari, saat ini peran antara PR dengan pemasaran makin samar dengan sejumlah tuntutan yang mengarah pada konversi perilaku konsumen. Antara lain, pembelian, adopsi, partisipasi, dukungan, dan lain sebagainya.

Gambaran yang terjadi di lapangan tersebut menunjukkan bahwa praktisi PR diharapkan bisa memahami fungsi dan tugas lain, yang kemungkinan berbeda dari tugas biasanya. “Kegiatan yang dilakukan PR tidak lagi berfokus pada kehumasan. Namun, bisa juga merambah ke bidang-bidang lain,” tutupnya. (iaa)