Jangan Panik! Lakukan Hal Ini Saat Terjadi Krisis

PRINDONESIA.CO | Rabu, 05/10/2022 | 7.946
Krisis dapat datang dari mana saja, sebagai praktisi PR harus selalu siap untuk mengelola dan menghadapi krisis.
Dok. Markus Winkler

Manajemen krisis yang buruk dapat membawa organisasi ke jurang kegagalan dalam menjaga reputasi. Untuk meredam krisis agar tidak meluas, perlu perencanaan yang matang.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Krisis tidak hanya mengancam kredibilitas organisasi, tapi juga merenggut kepercayaan publik. Menurut Marsefio S. Luhukay, dosen komunikasi Universitas Pelita Harapan, dalam penelitiannya yang berjudul Memotret Krisis Dalam Kacamata Public Relations, krisis tidak dapat dihindari dan diprediksi, tapi bisa dikelola. Kesiapan organisasi inilah yang sering kali diuji karena krisis dapat datang dari mana saja.

Berdasarkan data dari Global Crisis Survey 2021 yang dirilis oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) tercatat 95% dari 2.814 pimpinan bisnis di seluruh dunia sependapat bahwa mereka perlu meningkatkan kapabilitas manajemen krisis. Terutama, kemampuan dalam merespons krisis agar oganisasi semakin tangkas dan fleksibel ketika berhadapan dengan berbagai jenis krisis dan kondisi yang serba tidak pasti. 

Kepala Biro Humas, Hukum dan Kerja Sama BKN Satya Pratama, saat mengisi sesi workshop Kelas Manajemen Krisis di acara The7th PR INDONESIA Awards (PRIA) 2022, Semarang, Kamis (24/3/2022), mengatakan, praktisi public relations (PR) perlu menyusun rencana aksi yang komprehensif untuk meredam krisis. Di hadapan para peserta workshop, mantan Direktur Deputi Kerja Sama Internasional Badan Keamanan Laut RI itu berbagi tips mengenai hal yang harus dilakukan saat terjadi krisis. Antara lain:

1.    Membentuk tim krisis dan menunjuk juru bicara.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk menganalisis kasus dan menentukan strategi untuk meredam krisis. Sementara juru bicara merupakan orang yang dipercaya mampu menjadi representasi instansi/organisasi.

2.    Menekankan aspek positif.
Berikan tanggapan kepada publik dengan menekankan nilai dan aspek positif.

3.    Responsif dan transparan.
Bedakan informasi yang bersifat publik dan yang bersifat privasi. Tidak semua informasi harus disampaikan kepada publik.

4.    Pantau kanal media.
Selalu mengawasi berita yang beredar. Perhatikan komentar publik, pastikan tidak ada karyawan yang memberikan pandangan pribadi kepada publik.

5.    Mengubah krisis menjadi kesempatan.
Lakukan evaluasi tindakan, lalu cermati untuk melihat peluang yang dapat menjadi keuntungan bagi organisasi.

Pria yang akrab disapa Pratama ini menegaskan saat krisis terjadi, seluruh elemen dalam instansi perlu menyatukan visi. Hal ini penting untuk menghindari tindakan perorangan yang dapat membuat krisis semakin parah. (zil)