Alih-alih dianggap sebagai ancaman, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebaiknya disikapi dengan bijak lantaran ada banyak efisiensi dan kemudahan yang ditawarkan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) digadang-gadang mampu membantu menyelesaikan begitu banyak pekerjaan manusia. Meski demikian, teknologi ini juga kerap dianggap sebagai ancaman karena dapat menggantikan profesi yang selama ini dikerjakan oleh manusia.
Laporan dari Goldman Sachs, perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional dari Amerika Serikat, yang Maret 2023, mencatat bahwa AI dapat menggantikan 300 juta pekerjaan. Bahkan, mampu menciptakan pekerjaan baru
Isu inilah yang mengemuka di acara PR Hangout #1, acara perdana yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA bekerja sama dengan Danone Indonesia di salah satu cafe kawasan Jakarta Selatan, Jumat (9/6/2023). Dalam pertemuan dengan para praktisi public relations (PR) dari lintas sektor yang mengangkat tema “Artificial Intelligence: A Threat or A Gift?” hadir sebagai pembicara CEO dan founder Media Buffet Bima Marzuki dan CEO NoLimit Indonesia Aqsath Rasyid.
Menurut Bima, alih-alih menjadikan AI sebagai ancaman, kehadiran AI sebaiknya dapat dioptimalkan dengan bijak, termasuk dari sisi efisiensinya. Ia memberi contoh, teknologi selain AI seperti non-fungible token (NFT), crypto, dan augmented reality (AR) membutuhkan biaya pengembangan (development cost) yang besar. Sementara, AI bisa digunakan secara gratis.
Di balik aksesibilitasnya yang mudah, AI juga menawarkan efisiensi yang luar biasa. Oleh karenanya, pria yang sebelumnya berkecimpung sebagai presenter di berbagai stasiun televisi ini meyakini bahwa dari seluruh perkembangan teknologi, hanya AI yang akan membawa perubahan. “Yang terpenting bagaimana kita menjadikan AI sebagai partner kita dalam bekerja,” tutur pria peraih gelar magister di bidang Corporate Communications Universitas Paramadina itu.
Bersikap Bijak
Aqsath sependapat. Ia justru melihat AI sebagai kemajuan teknologi yang telah berdampak pada efisiensi. Untuk itu, pria peraih gelar doktor bidang Marketing dari Universitas Indonesia ini mengimbau agar setiap orang, termasuk PR, untuk memahami cara AI bekerja, terus belajar, agar selalu berkembang dan dapat memberi dampak.
Pernyataan para pembicara mengundang pertanyaan peserta dari PT ASABRI (Persero) terkait keamanan data saat menggunakan AI. Menanggapi hal tersebut, Aqsath mengajak peserta yang hadir pada sore hari itu untuk bijak dan tidak ceroboh dalam menggunakan AI. “Kita tidak bisa sepenuhnya menyerahkan data kepada teknologi. AI memang membantu, tapi yang terpenting adalah menyikapi dan memanfaatkan teknologinya,” tutup pemegang sertifikasi AMEC ini. (mfp)
- BERITA TERKAIT
- Tiga Institusi asal Indonesia Jadi Pemenang di Ajang AMEC Awards 2024
- Masih Ada Peluang, Pendaftaran Kompetisi Karya Sumbu Filosofi 2024 Diperpanjang!
- Perhumas Dorong Pemimpin Dunia Jadikan Komunikasi Mesin Perubahan Positif
- Berbagi Kiat Membangun Citra Lewat Kisah di Kelas Humas Muda Vol. 2
- Membuka WPRF 2024, Ketum Perhumas Soroti Soal Komunikasi yang Bertanggung Jawab