Kenali Tiga Model Pendekatan Agar Kampanye PR Makin Efektif

PRINDONESIA.CO | Selasa, 19/09/2023 | 10.016
In-house training Pemodalan Nasional Madani (PNM) bekerja sama dengan PR INDONESIA berlangsung secara virtual, Kamis (15/6/2023).
Dok. Tatan/PR INDONESIA

Model pendekatan dengan cara menentukan segmenting, targeting, dan positioning (STP) dapat membantu praktisi public relations (PR) dalam menyusun strategi komunikasi yang efektif.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Istilah STP alias segmenting, targeting, dan positioning sudah tak asing bagi praktisi public relations (PR). Menurut Dian Agustine Nuriman, pendiri Nagaru Communication, saat mengisi in-house training Pemodalan Nasional Madani (PNM) bekerja sama dengan PR INDONESIA secara virtual, Kamis (15/6/2023), STP merupakan kunci bagi PR untuk dapat membangun kampanye PR yang efektif. Pendekatan ini juga mendukung PR dalam menyesuaikan pesan, strategi, dan saluran komunikasi dalam menjangkau serta memengaruhi stakeholder, termasuk publik.

Dian lantas mengajak para peserta pelatihan untuk mengenal satu per satu aspek tersebut. Pertama, segmenting atau segmentasi. Segmentasi merupakan proses membagi pasar atau audiens berdasarkan kelompok sesuai dengan variabel atau karakteristiknya. Pengelompokan ini menjadi tahap fundamental bagi organisasi dalam menentukan audiens prioritas. “Kalau organisasi, tidak melakukan segmentasi saat menyusun strategi komunikasi, maka hasilnya akan bias,” ujarnya.

Dalam melakukan tahap ini, praktisi PR dapat membagi segmen berdasarkan delapan komponen. Di antaranya, geografis, demografis, psikografis, perilaku (behavior), gaya hidup (lifestyle), kepercayaan dan nilai, tahapan kehidupan (life stages), dan keuntungan (benefit).

Identifikasi

Langkah selanjutnya adalah targeting. Di fase ini, praktisi PR dapat mengamati berbagai kelompok berdasarkan karakteristiknya. Ada empat pendekatan yang bisa dilakukan di tahap ini. Mulai dari undifferentiated marketing (mass market), differentiated marketing, concentrated marketing (niche market), dan micro marketing.

Peraih gelar doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Sahid ini mengatakan, perusahaan dapat memilih kategori pasar umum atau audiens luas (mass market). Sementara diferensiasi marketing berarti menargetkan pasar tertentu. Di PNM, misalnya, ada program Mekaar. Yakni, diferensiasi khusus untuk layanan pemberdayaan perempuan.

Sedangkan niche market, produk atau program spesifik, ditujukan untuk kelompok tertentu. Misalnya, ada Mekaar Syariah yang ditargetkan khusus bagi perempuan segmen syariah. Selain itu, ada juga pasar mikro yang lebih spesifik seperti edisi terbatas untuk produk tertentu.

Tahapan terakhir, positioning. Di tahap ini, PR menyusun strategi dengan cara menempatkan organisasi dengan pesaing. Untuk menentukan positioning, ada tiga langkah yang bisa dilakukan oleh PR. Pertama, mengidentifikasi keunggulan kompetitif yang berbeda dan membangun posisi di pasar. Kedua, memilih strategi positioning secara keseluruhan. Ketiga, memilih keunggulan kompetitif yang tepat.

Untuk merek, misalnya, ada berbagai jenis posisi merek. Sebut saja, posisi berdasarkan harga, kenyamanan, kualitas, layanan pelanggan, diferensiasi, dan media sosial. Untuk itu, kata Dian, penting bagi organisasi untuk mengidentifikasi pesaing mereka. (jar)