Menurut Sufintri Rahayu, Director Corporate Affairs Nestle Indonesia, di Jakarta, Kamis (21/9/2023), public relations berperan penting dalam menghapus praktik silo di dalam organisasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada peran komunikasi untuk menghapus mentalitas silo yang kerap terjadi di dalam organisasi. Menurut Sufintri Rahayu, Direcotor Corporate Affairs Nestlé Indonesia, praktik silo adalah kecenderungan mengaplikasikan cara bekerja secara terpisah dari departemen atau tim lain.
Bekerja dengan cara seperti ini, kata perempuan yang karib disapa Fifin tersebut di para peserta PR INDONESIA Summit di Jakarta, Kamis (21/9/2023), dapat berdampak pada terhambatnya produktivitas perusahaan. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh praktisi public relations (PR) untuk menghadapi situasi ini adalah dengan menciptakan kolaborasi. “Kolaborasi itu penting untuk mencapai visi perusahaan. Kalau bekerja secara silo, impaknya bagi perusahaan akan sangat kecil,” ujar alumnus Universitas Padjajaran ini.
Menurut Fifin, mempraktikkan kolaborasi ini bukan hanya diperlukan ketika perusahaan akan membentuk lini atau produk bisnis baru. Di bidang komunikasi, misalnya, kolaborasi berperan penting untuk menciptakan komunikasi efektif atau ia menyebutnya dengan collaborative is essence.
Kolaborasi komunikasi berarti bertukar informasi dan membahas topik-topik tertentu sebagai sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hubungannya dengan komunikasi, kolaborasi akan menciptakan transparansi. Ada lima prinsip kolaborasi. Di antaranya, membangun kepercayaan, sikap menghargai, kemauan, pemberdayaan, dan komunikasi efektif dalam menjalin hubungan sesama manusia.
Lebih lanjut Fifin juga menegaskan bahwa membangun ekosistem kolaborasi komunikasi seyogianya tidak hanya di lingkungan internal saja, tetapi juga eksternal. Di lingkungan internal, misalnya, PR bisa membangun ekosistem kolaborasi berupa membangun komunikasi dengan tim regional, tim global, investor, dan tim functions.
Sementara di ranah eksternal, praktisi PR perlu melakukan kolaborasi komunikasi dengan pemerintah, industri, media, agensi dan mitra bisnis, serta influencer atau key opinion leader (KOL), dan lain-lain.
Pernyataan Fifin ini mengundang pertanyaan salah satu peserta bernama Fachri dari PT Trakindo Utama. Ia menanyakan terkait efektivitas menjalin kerja sama atau berkolaborasi dengan influencer. Fifin berpendapat tidak ada salahnya PR menjalin kolaborasi dengan influencer. Apalagi saat ini influencer sudah menjadi bagian dari profesi yang tumbuh akibat kemajuan digital. Tapi, secara pribadi, ia memilih influencer terbaik adalah konsumen. (aza)
- BERITA TERKAIT
- Ketika Program PR Jadi "Kendaraan" PT PLN UID Sulselrabar Melewati Krisis
- Metode "Housing Framework" Bisa Jadi Andalan Penyusunan Pesan Kunci Siaran Pers
- Daftar Lengkap Pemenang AHI 2024
- AHI 2024 Apresiasi 106 Karya Keterbukaan Informasi Terbaik
- “Meracik” Informasi hingga Orkestrasi, Peran Penting Unit PR Badan POM