87% Konsumen di Indonesia Terpengaruh "Influencer" dan Selebritas

PRINDONESIA.CO | Jumat, 06/10/2023 | 3.256
Influencer dan artis mempengaruhi konsumen dalam membeli barang.
Foto Freepik.com

Berdasarkan survei Impact.com dan Cube Asia terhadap 400 responden di Indonesia mengungkapkan bahwa 87 persen dari mereka mengambil keputusan membeli barang berdasarkan rekomendasi influencer dan selebriti ternama. Produk fashion dan sepatu mendominasi dengan 67 persen tingkat pembelian, diikuti produk kecantikan 61 persen, dan produk elektronik 40 persen.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Impact.com bekerja sama dengan Cube Asia merilis laporan penelitian pemasaran influencer di Indonesia. Laporan ini, berjudul 'The Power of Influence – E-commerce Influencer Marketing in Southeast Asia', membahas tentang hubungan antara konsumen, merek, influencer, dan tren yang muncul dalam lanskap digital di Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Berdasarkan survei terhadap 400 responden di Indonesia menemukan bahwa sebanyak 87 persen responden membuat keputusan pembelian berdasarkan rekomendasi yang berasal dari influencer dan selebriti terkemuka. Produk fashion dan sepatu mendominasi, dengan mencapai 67 persen tingkat pembelian mayoritas responden, diikuti oleh produk kecantikan (61%) dan produk elektronik (40%). Survei ini melibatkan responden dengan rentang usia, yaitu 22,75 persen berusia 18-24 tahun, 47,25 persen berusia 25-34 tahun, dan 21,50 persen berusia 35-44 tahun.

Myre Gustam, Kepala Negara impact.com Indonesia, mengamati pertumbuhan signifikan dalam industri influencer selama beberapa tahun terakhir di seluruh Asia Tenggara. Menurutnya, kawasan ini memimpin revolusi pemasaran, dengan proyeksi nilai industri yang akan melebihi $2,59 miliar pada tahun 2024. Khususnya, Indonesia yang telah memainkan peran utama dalam industri ini. "Indonesia diprediksi akan mencapai $269 juta pada tahun 2028 berkat penetrasi smartphone," ujarnya. 

Gustam menambahkan, ini merupakan peluang bagi brand untuk terhubung dengan audiens di pasar yang berkembang makin tak tertandingi. Berikut tiga poin penting yang diungkapkan oleh responden untuk brand yang ingin mengembangkan strategi influencer meliputi:

1. YouTube dan Instagram masih mendominasi persaingan.

Dari responden Indonesia yang berpartisipasi dalam survei, platform media sosial dan konten yang paling banyak digunakan adalah YouTube dan Instagram, dengan tingkat penggunaan mencapai 91 persen. Selain itu, TikTok juga mengalami pertumbuhan pesat, dengan tingkat penggunaan mencapai 86%. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini jauh melampaui penggunaan Facebook, yang saat ini hanya mencapai 76 persen.

2. Konsumen Indonesia menyambut baik influencer berbasis AI (Kecerdasan Buatan).

Mayoritas responden menunjukkan sikap netral atau bahkan mendukung kemungkinan munculnya jenis influencer ini, dengan 88 persen responden menyatakan sikap netral atau mendukung. Sebaliknya, hanya sebagian kecil, kurang dari 18 persen, yang merasa kecewa atau sedih ketika mengetahui bahwa influencer yang mereka ikuti adalah AI. Yang menarik, lebih dari 21 persen responden bahkan merasa senang dan antusias tentang prospek penggunaan AI di dunia influencer. Temuan ini mencerminkan sikap terbuka dan penerimaan konsumen Indonesia terhadap teknologi.

3. Keaslian dan keahlian merupakan aspek yang paling diutamakan oleh konsumen.

Dalam konteks dunia influencer online dan pengikut selebritas, faktor keaslian dan keahlian menjadi prioritas utama bagi konsumen saat memilih dengan siapa mereka ingin berinteraksi. Sebanyak 79 persen responden dalam survei menekankan pentingnya "ulasan produk atau layanan yang jujur" sebagai faktor utama yang memengaruhi keputusan mereka dalam mengikuti influencer dan selebritas. Di posisi berikutnya, 69 persen responden menyebutkan "keahlian dalam topik atau niche tertentu" sebagai faktor yang memengaruhi keputusan mereka. Angka-angka ini jauh melampaui faktor-faktor lain seperti humor (53%), penampilan (51%), dan gaya hidup (37%), dengan sangat jelas menunjukkan peran krusial yang dimainkan oleh keaslian dan keahlian dalam membentuk pengikut di media daring.

Selain menyajikan hasil survei yang komprehensif, laporan ini juga menggabungkan berbagai informasi dan wawancara mendalam dengan brand dan influencer. Semua ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang perkembangan pemasaran influencer